Friday, February 24

akan gw inget

terserah lu mau sebut gw apa. pengeluh, kekanak-kanak-an, orang yang sensitif, atau apalah.
tapi malam ini gw betul2 merasakan kekesalan terdalam atas perlakuan temen2 susdape 13 - bukankah gw udah "kenyang" dengan itu ? -
mereka pergi rame2, melewati gw, tapi gak ada pamit apalagi ngajak. they r goin to have a dinner i suppose. what am i to you, guys?!
kalian cuma mendatangi gw ketika itu urusan iuran orang kawin, orang sakit, atau THR buat pak jum dan pak ade. tapi untuk urusan makan bareng, jalan bareng, i'm not on the list!
gw ini apa??

gw cuma manusia biasa, gak bisa menyenangkan semua orang. merasa ketika ditinggalkan, dan bersedih kala cuma "diperlukan" dalam hal "kekompakan" duit.

to night is the night, gw gak akan biarkan hal ini terjadi lagi ke gw...

Will ANTARA Learn from Singapore?

"Miris" banget nih kalo baca tulisan dari seorang teman.
Kapan yah, ANTARA belajar dari Singapura?
Belajar untuk besar dan berjuang di luar, bukan terus2an berantem di dalam rumah sendiri?
Kapan yah, semua awak kantor ini sadar bahwa untuk menjadi besar dan maju bukanlah hal yang mustahil?
Kalo sekarang para pejabat Temasek Holding lagi sibuk ngejar P&O dan membeli perusahaan2 yang tidak dimiliki di dalam negeri, pejabat ANTARA lagi sibuk "ber-onani" dengan ego politik pribadinya masing2; gw mau jadi Pempelred, gw mau gaji gede and duduk nyaman dengan jadi pejabat, gw mau jadi bos buat semua orang - menentukan berapa gaji lu, berapa SPJ lu, berapa sen pun uang yang elu dapet dari kantor ....

Hah! Shallow banget sih lu! Pantes aja kita makin gak dihargain ma orang, karena kita sendiri ga bisa menghargai orang lain dan bekerja lebih baik daripada "beronani" dengan ego pribadi yang short term!

Happy reading:

Belajar dari Ambisi Singapura Menguasai Dunia
Catatan Dahlan Iskan

Bulan ini, CEO Grup Jawa Pos Dahlan Iskan mondar-mandir Surabaya-Singapura. Salah satu urusannya terkait dengan urusan PT Petrogas Wira Jatim, anak perusahaan BUMD Jatim, yang berpatungan dengan perusahaan Singapura untuk membangun shore base senilai Rp 250 miliar di Lamongan.

Di luar urusan perusahaan yang dipimpinnya itu, inilah catatannya perihal ambisi Singapura menguasai dunia: dua peristiwa besar menjadi pembicaraan sangat hangat di Singapura dalam sebulan terakhir yakni, pengambil-alihan dua bisnis besar di Bangkok (rumah sakit terbaik di Thailand dan perusahaan telekomunikasi milik keluarga Perdana Menteri Thailand Taksin Shinawatra) serta rencana pembelian salah satu operator pelabuhan terbesar di dunia, P&O.

Tiga proyek tersebut dibeli oleh Temasek Holding, satu-satunya holding company yang membawahkan seluruh bisnis milik BUMN Singapura. Di negeri kecil itu, seluruh perusahaan milik negara memang di bawah satu komando: Temasek Holdings. Di bawah Temasek itulah, ada grup-grup besar. Misalnya, grup telekomunikasi (yang saat ini di Indonesia, antara lain, sudah menjadi pemilik saham dari Indosat dan Telkomsel), grup keuangan dan perbankan (di Indonesia saat ini memiliki saham Bank Danamon dan Bank NISP), grup angkutan udara (memiliki Bandara Changi, Singapore Airlines, dan banyak lagi), grup konstruksi, grup ritel (kini di Indonesia sedang membangun mal di kawasan Bubutan, Surabaya), grup transportasi kelautan (memiliki pelabuhan Singapura, PSA), serta banyak grup lagi.Karena di bawah satu komando, maka Temasek menjadi sangat fleksibel dalam pergerakan ekspansinya.

Kini model Temasek itu di-copy oleh pemerintah Malaysia dengan membentuk Khazanah Holdings. Semua perusahaan negara di Malaysia berada dalam komando Khazanah Holdings.

Saya beruntung pernah diajak berdiskusi oleh CEO Temasek Holdings Ho Ching di kantornya yang simpel di Singapura. Wanita itu sangat sederhana dan rendah hati meski mengendalikan begitu banyak grup bisnis di bawah Temasek. Saya juga pernah berdiskusi dengan jajaran direksi Khazanah Holdings di kantornya, Menara Kembang, Kuala Lumpur. Mereka juga sedang bersemangat memajukan seluruh perusahaan negara Malaysia. Indonesia sebetulnya pernah punya ide untuk mengikuti jejak Singapura itu.

Tetapi, karena terlalu banyaknya kepentingan politik yang terkait di dalamnya, ide tersebut sampai sekarang tidak terlaksana.

Sebagai negara yang hanya mampu mengandalkan jasa, Singapura memang harus mati-matian untuk memperkuat sektor jasa. Sebagai negara yang hanya terdiri atas satu kota (penduduknya 3 juta jiwa atau sama dengan penduduk kota Surabaya), tentu pasar domestiknya sangat terbatas. Karena itu, mau tidak mau harus ekspansi ke negara lain. Misalnya, dengan membeli perusahaan telekomunikasi di Indonesia dan Thailand saja, pelanggan luar negerinya bisa mencapai berkali-kali lipat daripada pelanggan di dalam negerinya. Demikian juga dengan membeli bank-bank di Indonesia, Malaysia, Thailand, India, dan bahkan kini sudah membeli saham bank terbesar di Tiongkok, nasabah luar negerinya menjadi ribuan kali lipat daripada nasabah di dalam negeri.

Kecilnya wilayah Singapura ternyata bisa "diperluas" ke negara lain tanpa menjajah teritorial negara-negara itu. Contohnya, ketika mulai banyak orang berobat ke Bangkok karena di sana kini terdapat rumah sakit yang amat modern dengan biaya jauh lebih murah daripada rumah sakit di Singapura. Tentu saja jasa rumah sakit di Singapura mulai tergerogoti. Karena itu, dibelilah rumah sakit di Bangkok tersebut.Begitu juga saat Malaysia mulai membangun pelabuhan Tanjung Pelepas di dekat Singapura, pelabuhan Singapura tidak tinggal diam. Apalagi, dari tahun ke tahun, statistik menunjukkan bahwa pelabuhan-pelabuhan di Tiongkok terus membesar sehingga bisa mengancam "kebesaran" pelabuhan Singapura.

Karena itulah, pelabuhan Singapura membuat langkah menghebohkan: berencana membeli P&O, perusahaan pelabuhan di London yang termasuk salah satu terbesar di dunia.

Maksudnya, jika pelabuhan Singapura berhasil membeli P&O, mendadak pelabuhan Singapura akan menjadi pelabuhan terbesar di dunia. Bisa dibayangkan, bagaimana negara sekecil itu bisa punya pelabuhan di 30 negara di dunia (di Indonesia, misalnya, P&O sudah memiliki saham di Pelabuhan Peti Kemas Surabaya).

Posisi pelabuhan Singapura belakangan memang terus terancam. Ada empat pelabuhan besar di Tiongkok yang siap menggeser kebesaran Singapura: Shenzhen, Tianjin, Dalian, dan Shanghai. Terutama Shanghai. Itu tentu belum termasuk pelabuhan Hongkong. Dalam waktu lima tahun ke depan, Shanghai dipastikan menggeser Singapura karena kini berhasil membangun pelabuhan di tengah laut yang amat besar. Untuk menuju pelabuhan itu, harus dibangun jembatan layang di atas laut sejauh 38 km! Jembatan itu kini sudah jadi dan sudah diresmikan.

Karena itu, pelabuhan Singapura all-out dalam berusaha membeli P&O. Dengan membeli P&O, tanpa membangun pelabuhan baru (dan memang lahannya sudah tidak ada), pelabuhan Singapura bisa langsung menjadi yang terbesar di dunia. Jauh meninggalkan pelabuhan Shanghai yang membuntutinya.

Tentu, banyak pelabuhan di dunia juga ingin membeli P&O. Namun, karena tawaran Singapura terus naik, semua penawar tersisih. Kecuali satu: Dubai! Maka, dua negara itu terus saling kejar dalam mengajukan penawaran. Singapura terakhir mengajukan harga fantastis: sekitar Rp 80 triliun! Itu pun akan dibayar kontan.

Tetapi, Dubai - yang kini berambisi menjadi New York belahan bumi lain - masih terus menaikkan tawaran. Dubai kini memang menjadi pusat keuangan dunia. Negeri kecil itu kini juga terus meliberalisasikan apa pun yang bisa membuatnya jadi pusat keuangan dunia. Semua mata kini sedang menatap Dubai. Termasuk, dalam persaingannya dengan Singapura untuk membeli P&O.

Ternyata, Dubai akhirnya menang. Singapura lempar handuk dua pekan lalu. Gagallah ambisi Singapura untuk menjadi yang terbesar di dunia.

Namun, harapan itu belum sepenuhnya hilang. Karena P&O juga memiliki enam pelabuhan di Amerika Serikat, otomatis enam pelabuhan di negeri adidaya itu jadi milik Dubai. AS pun heboh. Bagaimana mungkin sebuah negeri di Arab yang mereka citrakan sebagai pusat teroris menjadi pemilik enam pelabuhan di AS. Padahal, salah satu kebijaksanaan AS untuk membentengi diri dari terorisme adalah menjaga pelabuhannya.

Tidak heran bila ada upaya di AS untuk menggagalkan transaksi tersebut. Ini bakal persis seperti ketika perusahaan Tiongkok berhasil membeli sebuah perusahaan minyak AS yang punya cadangan minyak sangat besar. Transaksi perusahaan Tiongkok tersebut dianggap membahayakan kepentingan AS. Karena itu, harus dibatalkan. Apakah Dubai akan senasib dengan Tiongkok?

Monday, February 20

QB Plangi

Hari minggu ke jalan sama Dewi ke QB Plaza Semanggi. Udah rada sore, langit gelap ... tapi untungnya kami naik mobil jadi gak khawatir lah ...

Di QB gw beli buku "Bisakah Orang Asia Berpikir?", tulisannya Kishore Mahbubani. Pas gw ke QB sama Ummi, gw udah "naksir" ma buku ini. Baru kemarin kesampean ... Sekarang jadi bingung, mau gw "kasih" untuk diri gw sendiri atau untuk hadiah buat A'a Cym. Hehehe .... ^_^

Dalam perjalanan kemarin, Dewi cerita tentang perkembangan hubungannya sama Iwan, "ngkoh-ngkoh GLodok". Dasar itu anak, becanda gak liat2 ... tapi gak papa lah, cowoknya demen kok diledekin begitu ...

Iya ... dia cerita bahwa hubungannya baik, Iwan lagi berlibur ke SIngapur and Malaysia, karena bokapnya abis jual rumah di palembang and untungnya lumayan gede: cukup untuk berlibur sekeluarga [!]

Lucunya lagi, Dewi n Iwan berencana ngejodohin gw ma sahabatnya Iwan, namanya Dian, kerja di Trimegah Securitas, semacam pekerjaan di bursa efek jakarta gitu? Hari senin, Dewi kembali menanyakan kesediaan gw, and gw jawab aja "lets try". gak ada ruginya mencoba kan?

Hari ini gw dapet imel dari Eko. temen friendster yang gak terdaftar di daftar temen gw. lucu yah?! dia ma gw cuma kirim2an email, gw juga gak tau persis dari mana hulu komunikasi kami. rada aneh.. tapi untungnya dia di kalimantan, jaoh ... gak perlu repot ketemuan.

pas di kantor, gw bingung. ampe jam 3 gw belum dapet ide mau nulis apa neh ... besok pagi gw mau ke bogor, ada liputan acara Dompet Dhuafa. pagi beneer ... jam 06.30 udah harus nyampe di kantor DD - ciputat. bisa gak yah gw bangun pagi and get there at time? hihihii .....

Tuesday, February 7

how scary is feb 14th?

Sebenernya gambar yang gw up-load di samping kiri ini gak ada hubungannya dengan tulisan yang gw tulis. Tapi karena memang gak ada gambar lain di google, maka jadilah ... hehehe ^_^ Yeap, mulai tanggal 14 februari sistem penilaian diganti dengan sistem baru. Nilai untuk berita diperkecil, makin susah, and tunjangan mah .. tetep :P Hah ... males kan mbahas masalah ini? Suka atau tidak, minimal gw harus dapet nilai 137,5 per bulan alias kredit 4,58 per hari. Berita B dapet nilai 3, C 1, nerima berita juga 1. Hm .... harus ada trik supaya bisa mencapai skor neh! Gw sih kepikiran bikin tulisan aja yang banyak ya? Lumayan tuh, skor B dapet nilai 8. Cukup kan? Kalo buat tulisan satu sehari ... weh, 8 kali 25 hari kerja = 200
Insya ALLAH!

Back to scary stuff... gw khawatir tiap bulan pada februari-april bakal kehilangan pendapatan Rp621.600 Yeap, eksekusinya mulai diterapkan euy ... hah udah lah .. nasib, jalanin aja. Tapi sekarang gw lagi nyari sumber pendapatan laen donk ... buat apa sibuk mikirin the lost, mending cari pendapatan lain yang halal dan tidak merusak prinsip2 jurnalisme.

3rd scary for me is my number. hu-uh, the weigth is rising and rising ... gendut banget, makin sesak pake baju2, huhuhu ...
harus diet, atau gencarkan olah raga? Kalo gw diet yang ada ntar gw makin lapar dan malah makin napsu makan ... hehehe, jadi better work out kali yah?! hihihi ..... tapi kapan, neng??!

Sunday, February 5

RaDa MuLeS

Makan terus, sirkulasi gak lancar. Segala macem makanan diembat, ujung-ujungnya perut gw mules deh! Pas ke kantor udah mulai terasa sih, but cuek ajah! Mungkin gw harus segera nyobain metode detoksifikasi neh?! Yeap, gak makan apa-apa kecuali jus buah-buahan and air mineral aka air bening. Tapi, apa gw kuat yah? Hehehehe ..... napsu nya masih gede niy, pengen makan ini-makan itu ^_^
Emmm ...gw mau cerita apa yah kali ini?
Oh iya, hari ini Minggu (5/2) and kantor sudah mulai diobrak-abrik. Bau lem and thiner membuat hidung tersengat, belum lagi sesak di dada. Phuih, pokokna mah gak asik banget coy! Katanya sih proses renov bisa menelan waktu satu bulan, wadaow! Sekarang gw nulis ini di ruang rapat lantai 19, rada 'anget' sih, tapi mendingan lah daripada harus menyiksa paru-paru ...
Tapi, besok gimana yah? Hari Senin ... ruangan rapat diisi ma orang desk olah raga and LN. Duh, gak muat nih kayaknya, sekarang kompie ada 14, cukup gak buat dua desk gitu? Huhuhu .... gak rela dah gw kalo harus mbela-mbelain kerja di lantai 20 and menghirup udara yang bikin cepet mati itu ....
Gemane neh?!