Monday, January 30

kiriman Mas Hery Medio

Ini foto-foto kiriman Mas Hery - Media Indonesia - pas lagi sama2 liputan ke Kuala Lumpur. Rada centil neh! Percaya gak? Pas acara foto2 ini gw semalam sebelumnya gak tidur di flat temen gw, tapi nebeng di kamar hotelnya Mbak Rini - Hotel Prince. Alhasil gw juga gak ganti baju and it feels abit wierd, karena gak nyaman banget belum ganti pakaian selama 2 hari ... hehehehe ..... ^_^

Yang ini foto bertiga di jembatan menuju gedung parlemen di kompleks Putra Jaya. Di kompleks Putra Jaya ada banyak jembatan yang menghubungkan antar gedung, yang dipisahkan oleh danau-danau buatan. Jembatan-jembatan ini meniru jembatan2 terkenal di dunia, konon Pak Mahatir emang punya obsesi bikin jembatan megah. Sayang, di Malaysia tak banyak danau atau sungai besar yang layak dihubungkan dengan jembatan kokoh.

Kalo yang ini foto di danau dekat gedung parlemen Putra Jaya. Sisi jembatan dihiasi dengan semacam ornamen naga berwarna kuning. Dari sisi kiri jembatan, bisa dilihat bagian kompleks Putra Jaya yang sedang dibangun. Kalo di sisi kanannya ada semacam gedung kesenian - semacam teater mungkin - yang konon bakal jadi pusat hiburan bagi penghuni kota.
Danau buatan yang tidak terlalu dalam ini bukan berarti tidak berisi ikan - layaknya danau alami. Ikannya besar-besar lho ... gemuk, kayak gw ^_^

Nah, kalo dari foto ini kelihatan jelas tuh gedung parlemennya ... cakep yak?! Posisi gedung parlemen berhadap-hadapan dengan gedung Perdana Menteri. Terletak di garis lurus, sebelah kanan-kiri terdapat gedung departemen, ada juga yang lokasinya di belakangan departemen yang berada persis di sisi jalan utama. Gedung departemen yang terlihat sangat "gagah" antara lain justice palace (kalo di Indonesia semacam Mahkamah Agung kali yah?!), departemen keuangan (wah yang ini mah kompleksnya gede banget, lumayan satu blok gitu deh), and departemen pertanian - kalo di Indonesia.

Waktu pertama kali gw ke Putra Jaya, koresponden RCTI di Kuala Lumpur, Tunggal, mengingatkan gw untuk tidak terlalu kagum dengan kota ini. Tak jarang dengan mimik yang kesal, Tunggal menyebutkan bahwa sebenarnya semua konstruksi di tanah Malaysia dikerjakan oleh buruh-buruh Indonesia. "Coba aja lu panggil, 'Mas', pasti pada nengok. Mereka tuh orang Jawa kebanyakan," kata Tunggal saat itu.

Entah kenapa saran Tunggal itu gw kerjakan. Dari dalam mobil gw agak berteriak ke arah dua pekerja yang tengah berjalan di tepi jalan utama. "Mas!" dan mereka dua-duanya melongok ke arah gw, "It really works!" pikir gw.

Waktu mengambil foto, beberapa kali gw temuin orang-orang yang tampangnya Jawa banget ... mereka ternyata tinggal di bawah jembatan atau bangunan yang terletak di "bawah permukaan". Ada yang menggunakan sepeda, ada juga yang jalan kaki biasa. Oh iya, pas gw ke sana, cuaca rada panas.. ada kali yah 28 derajat?!

Saturday, January 28

yang disembunyikan

Don't they know?

Nasehat untukku hari ini......Tidak semua orang tahu dan mau tahu apa yang kita lakukan, jadi jangan berharap tentang itu. Jangan harap mereka tahu kalau kamu cukup banyak tanggung jawab liputan dan sudah tidak mungkin bisa mewawancarai 10 korban banjir dan orang YLKI tentang banjir, melakukan wawancara dengan orang PKS, HT dan MMI tentang pornografi dan membuat beberapa tulisan tentang itu.Sekali lagi tidak semua orang tahu tentang kegiatanmu dan mau membantu jika kamu meminta jadi jangan pernah minta bantuan teman yang sepertinya tidak banyak kerjaan untuk menggantikannya karena itu akan membuatmu jauh lebih kecewa karena yang akan kamu dengar hanya,"Cari yang mudah saja, coba wawancara dia saja, yang dekat. Jangan cari yang susah."Jangan mengeluh juga karena itu hanya menghabiskan energimu dan sama sekali tidak menyelesaikan masalah.Tapi gimana, aku cuma bukan Superman, aku juga manusia, yang egois dan menghendaki setiap orang memahamiku dan berpikir seperti aku.Pokoknya, aku gak terima!!!!!!!!!!


secara tidak sengaja gw mendapatkan tulisan ini dari blog seorang kawan. hm .... tak lama kemudian otak pun mengaitkan apa yang dimaksud oleh tulisan ini dengan apa yang pernah gw lakukan. "Gw lah pelakunya", itu dia ...

entah harus komentar apa tentang ini, tapi toh tidak akan memberi perbedaan bukan?
tetap saja si penulis berpikir dengan polanya sendiri, tetap saja gw tidak akan menarik ucapan yang pernah gw sebutkan.

pertama, si penulis menyebutkan keluhan-keluhannya terhadap tingkah laku gw ... thats what shown by the article, right? gw gak pernah tau, bahkan tidak akan pernah tau tentang keluhan dia kalau saja gw tidak menemukan tulisannya ini ... i never know just how furious she was to me.

kedua, tulisan macam ini biasanya memang tidak akan gw tunjukan kepada orang yang membuat gw marah. selain nada bicara yang sangat keras, gw juga khawatir kalo pernyataan2 gw ketika marah hanya akan merusak semua kebaikan hubungan antara gw dan dia. jadi ... ? istilah kata, kalo dibahas bakal nyakitin, gak dibahas malah disimpan ampe mati. repot kan?

ketiga, pernyataan tentang gw yang tidak banyak kerjaan, well ... boleh jadi itu benar. saat ini gw tidak meliput di desk ... mau gimana lagi? desk gw udah di-switch ke orang lain, sang korlip tidak pernah membicarakan hal ini ke gw... jadilah gw orang yang kurang kerjaan. gw harus akui itu, meskipun terasa getir. tapi yah .... memang benar, terus mau apa? pada saat ini gw hanya bekerja untuk lipsus, tidak banyak hal yang gw liput, i'm starting to loose my sense kalo aja gw gak berinisiatif meliput ke sana, ke sini ... [sidang pn cibinong - yang dulu kata sandy gw berlaku picky ngeliput ke pn cibinong mulu - padahal he even didnt know how to spell my name - ]

keempat, ketika si penulis meminta bantuan ke gw untuk mewawancarai beberapa korban banjir, gw lagi nunggu lift. it was quick. she told me that she need help just coinsidence, dan dia membicarakannya secara 'asal-asalan'. jadilah gw memberikan dia saran untuk membantu .... tapi ternyata itu justru membuat dia kesel ke gw ....

kelima [udah kebanyakan neh], terserah deh ... itu mungkin kata kunci gw untuk tulisan dia ... kami memang dua orang rekan kerja yang tidak komunikatif, saling tidak komunikatif. pantesan .... gw baru inget sekarang, beberapa waktu lalu gw selalu memulai chat sama dia di Meebo14, tapi dia "cold" banget. males banget gt ke gw kayaknya .... jadi ini toh sebabnya??? hehehehe ...... ^_^ akhirnya gw bisa light-up abit, karena minimal gw sekarang tau apa sebab "cold" nya dia ...... [terlepas dari 'tamparan' tulisan yang dia tulis]

Friday, January 27

capek ...

Hari ini gw capek juga lho keliling TMII, ntu tu .. gw ke Museum Listrik dan Energi Baru (LEB). Museumnya jauh banget - paling ujung dari pintu masuk TMII - gw jalan kaki and naek bis gratis, tapi tetep aja capek karena gw sendirian ... hiks!

Bagus sih ... ntar deh gw ceritain lagi ... sekarang harus pulang dulu ... dah malem ............

Thursday, January 26

Pengen ke Bandung


Ibu-ibu di kantor kemarin ngajak jalan-jalan ke Bandung. Rencananya berangkat pekan depan, Jumat (3/2) sore and balik ke Jakarta Sabtu (4/2) siang.

Soal biaya and segala macamnya harus dibayar sendiri-sendiri alias BS-BS getho ... hehehe, tapi pertanyaan sekarang gw nanti punya duit gak yah pas lagi acara jalan itu? soale sekarang aja gaji udah di tangan tapi mulai selembar demi selembar - bahkan kadang berpuluh lembar - harus keluar dari genggaman ^_^

Rencana menginap di hotel - yang kata Mbak Ika pernah jadi tempat menginapnya delegasi KTT AA kemarin - kebetulan dapet diskon 50 persen, jadi mungkin tarifnya sekitar 350ribuan per malam .... Bu Maria pengennya satu kamar diisi 3 orang aja, tapi gw gak setuju ah ... kan jadi mahal tuh tiap orang nya ... mendingan satu kamar untuk 7, jadi urunannya murah :P - Masih tahap negosiasi -

Soal transportasi, kemungkinan besar nanti Gege yang nyetir, masih belum ditentukan bakal pake mobil siapa - mas Eko atau Gege - Tapi siy yah, kalo mengingat jalan tol cipularang udah kelar mah ... cepet aja tuh ke Bandung, kecuali berangkatnya sabtu, wah ... siap2 pegel di mobil karena macet ^_^

Bandung Trip akan membawa rombongan ibu2: gw (calon ibu), Gege, Bu Maria, Mbak Ika, Mbak Zita, Mbak Indri. Eh, istrinya Mas Luki ikutan gak yah? kabar2nya bakal ikut juga ....

angie bikin blog

Baru kali ini gw penasaran banget buka blog orang, boleh jadi karena memang si empunya thea ... mantan Putri Indonesia 2001. Yeap, tadi pagi gw nonton acara gosip, terus ada informasi si Angelina Sondakh itu meluncurkan blog pribadi - resmi lho -

Jadilah, pas udah nyampe kantor gw langsung keingetan untuk buka blog dia http://angelinasondakh.blogs.com/ sekedar mencari apa tulisan dia tentang Adji Masaid. Duh, gosiper banget gak seh gw ini .... :P

Ketika gw baca artikel tentang Adji, duh .... judulnya aja terkesan rada sombong neh ... entah ya buat orang lain?! Ditulis di situ "the man once i ignored", walah ... sebegitunya kah? Apa bener Adji tidak layak barang sedikit perhatian saja??

Membaca lebih jauh, semakin aneh saja .... karena beberapa berita tentang hubungan dua aktifis Partai Demokrat ini sempat disebutkan bahwa Adji memang memilih Angie karena si cewek bisa "klik" sama dua anak Adji - buah cinta dari pernikahannya dengan Reza - ... Lah, di blog ini kok sama sekali gak dibahas tuh, pendekatan Angie ke Adji's two little girls????

Anyway, sebenernya gak penting banget sih, emang barang kali Angie pengen jaga muka, kan katanya mereka mau nikah Juni tahun ini ... jadi ... semacam pemberitahuan bahwa she's with Adji now. cuma sebatas itu kalo gw pikir sih ...
Soal tren baru wakil rakyat bikin blog? Hm ... gw belum liat niat didominasi oleh keinginan menciptakan media komunikasi antara si wakil rakyat dengan masyarakat umum. Masih belum banget lah ..... jauh dibandingkan dengan para wakil rakyat atau artis luar yang punya situs atau blog resmi, dan bener2 berfungsi sebagai ajang tukar opini, pandangan, apalagi media penyaluran aspirasi konkrit.

hm .......

Wednesday, January 25

Memoirs of a Geisha ......


Ini film yang gw tonton ama Gege pas lagi program nomat (Rp12.500) perdana kami.
Dibela-belain tuh pulang cepet dari kntr karena mau nonton di Megaria 18.35WIB dan ternyata sampe sana, tiket sudah terjual semua [!] . Jalan kaki-lah kami ke TIM, supaya dpt tiket 19.50WIB ... dan alhamdulillah dapet!

Film besutan sutradara Amerika Rob Marshall ini bercerita tentang kisah kehidupan Geisha - perempuan Jepang yang menyenangkan laki-laki kaya demi uang (danna) - pada era sebelum dan setelah invasi AS ke Jepang.

Menurut gw, film berdurasi 142 menit ini cukup kuat dalam hal pencitraan, banyak gambar bagus dipamerkan di Geisha. Suasana Jepang kuno yang cantik dan kaya.

Tapi, gw punya beberapa kritik buat film ini:

  1. Tuan Ketua (Ken Watanabe) tampil sebagai pria yang tidak mengalami proses penuaan. Dari awal ampe kelar film, tampangnya tetep aja ganteng kayak umur 30-an padahal Sayuri (Zhang Ziyi) dari umur 9 tahun ampe dewasa udah berubah menjadi perempuan yang sangat cantik dan menawan. Gw gak terima aja .... kenapa si Tuan Ketua ini tidak mengikuti dentangan waktu? Gak menua, gak berubah, gak ngalamin keriput: aneh!
  2. Tokoh pria lain: Nobu ditampilkan sebagai laki-laki yang wajahnya separuh terkena luka permanen akibat ledakan bom ketika berperang. Awalnya luka berbentuk semacam keloid, daging menebal dibandingkan bagian wajah lain. Tapi setiap scene beda lagi, terakhir: cuma berupa carutan seperti perut perempuan yang pernah melahirkan, duh ... mengganggu banget neh perubahan luka Nobu :(
  3. Keanehan berikutnya adalah tokoh Mameha (Michelle Yeoh), yang digambarkan sebagai geisha terkenal pada masanya dan mengajarkan semua "ilmu" menjadi seorang geisha kepada Sayuri. Mameha emang cantik banget .... tapi satu aja yang paling gak nyambung apa ide "kecantikan geisha" - sensualitas geisha diukur dari bagian tengkuknya, itu sebab mengapa kimono mereka agak direndahkan ke bagian punggung supaya tengkuknya bisa keliatan ..... - Nah di sini Mameha terlihat sangat tidak cocok menjadi Geisha, karena tulang tengkuknya itu lho: udah kayak tulang dilapis kulit doang! Terlalu tipis dagingnya, alias dia terlalu kurus saat pengambilan gambar itu ..... Setau gw yang namanya aktris atau aktor terkenal itu rela berkorban motong rambut, numbuhin otot, bahkan mengguruskan badannya demi sebuah peran. Tapi Michelle dalam film ini terlihat tidak melakukan hal itu!
  4. Ide cerita tentang sebenernya si Tuan Ketua udah naksir ma Sayuri ketika pertama kali melihat gadis kecil itu di jembatan, sungguh sulit diterima akal.. karena kalo emang udah naksir and minta Mameha untuk menjaga Sayuri, lantas kenapa si Tuan Ketua memperkenalkan Sayuri ke si Nobu? Eh, ternyata Nobunya naksir .... jadi temen makan temen gitu ..........
  5. Nah ini lagi keanehannya: si Tuan Ketua ngasih Sayuri sapu tangan putih berinisial nama Tuan Ketua. Pas Sayuri berantem ama Hatsumomo, kan ada adegan di mana sapu tangan itu kena api sedikit, jadi sudah semestinya ada bagian dari sapu tangan itu yang sudah rusak - terbakar. Tapi lucunya, pas sapu tangan itu di lempar ke laut oleh Sayuri, benda berwarna putih itu tampak seperti sama sekali baru: tidak ada bagian yang terbakar .... Wah, aneh banget neh!
  6. Bu Maria menambahkan, keanehan berikutnya dalam film Geisha adalah soal penataan rumah2 Jepang. Menurut Bu Maria, rumah di jepang itu persis seperti apa yang ada di film doraemon: walau kecil tapi jalannya rapi dan rumah2nya mengikut jalan ..... bukan acak2an seperti yang digambarkan di film Rob Marshall! Berantakan banget dagh ......

Mungkin karena sutradaranya orang amrik kali yeh .... jadi kejanggalan2 besar ini bisa lolos, dan gampang "tercium" bahkan oleh orang yang bukan tergolong filmolog kayak gw ...... hahahahaha ..... btw, gw ada bakat jadi kritikus film gak neh?

Males banget negh

Kemarin gw ketemu dia.
Tapi ujung2nya gw harus menelan kekecewaan karena yaa ... itulah, sikapnya yang gak sensitif dan pasif banget.
Udah lama gw gak ketemu ma dia, wajar kan kalo gw berharap ada hal bagus terjadi pas momen ketemuan?
Minimal mengulang kembali apa2 yang pernah jadi kenangan buat gw tentang diri dia.

Ketemu, dan dia sibuk dengan kerjaannya, sementara gw ngobrol ama temen lain, beberapa temen yang juga baru gw kenal.
Dulu sempat terbersit dugaan dia rada suka ama gw, tapi kalo melihat tingkah laku dia beberapa waktu belakangan mah ... gw ragu.



Setiap SMS, gw yang pertama SMS dia, baru deh dia mbales.
Email, singkat banget, itu juga setelah gw kirim email duluan.
Di blog, gw juga gak yakin dia mbaca tiap tulisan yang gw posting. Lha dia gak pernah kasih komentar, atau apalah?!

Ah, kenapa gw harus musingin masalah ini yaH? Penting banget apa? Enggak tuh ... gw merasa mungkin memang kami gak menemukan titik "klik" itu, tidak tercapai rasa nyaman itu, belum berhasil membuat percakapan yang panjang ngalor-ngidul ...

Apa permintaan gw terlalu banyak?
Gw selalu pengen cowok itu memulai, mulai yang SMS, mulai yang email, mulai yang ngajak gw ngobrol. Bukan gw. Dan kalau pun gw rada cuek bin mbatu, yaa ... dia harusnya bisa meyakinkan gw bahwa dia tuh cocok buat gw. Bukannya gw yang harus sibuk bertanya dan mencari-cari alasan penguat why should i be right at his side.

Kenapa sih dia gak pernah punya usaha2 yang inovatif untuk meluluhkan "angkuhnya" hati gw? Toh rasa suka gak akan pernah bisa menaklukkan gw, kecuali dia bisa transfer rasa itu ke bentuk2 yang nyata.

Gw gak mau lagi memulai. Kalo dia gak memulai, ya udah, cari hati yang laen. Simple kan?

Bakal Tulisan - Ayo, Pilih yang mana yang pengen ditulis di blog ini?


Beberapa hari ini gw kepikiran untuk menulis beberapa hal ... tapi berhubung sempat kena sakit flu, kena virus males, and ketakutan tarif listrik rumah melonjak setelah pake kompie di rumah [banyak bgt kan alasen gw ... ] jadilah gw belum tulis semua ide itu ke blog .... jadi, sekarang gw mau cicil dulu judul2 yang bakal gw tulis:

  1. Pram lewat wawancaranya. Bbrp hari lalu gw beli buku hasil wawancara dengan Pramudya Ananta Toer, judulnya "Saya Terbakar Amarah Sendirian". Dalam tanya jawab "Opa" Pram memaparkan pandangan2nya tentang Indonesia, rejim Orde Baru dan Lama, bahasa Indonesia, pengalaman di Pulau Buru, dll. Gw emang belum baca semua karya beliau - yang dianggap sebagai maestro sastra Indonesia - tapi ketika gw membaca wawancara itu kok lantas muncul di benak gw tentang pandangan-pandangan itu sebenarnya sangat mudah untuk "dipatahkan"?! Pram menyebutkan bahwa korupsi pada era Soekarno masih sangat kecil, tidak seperti Orde Baru yang korupsi milyaran rupiah. [gw pernah nyari bahan bacaan tentang korupsi di era Soekarno, dan perbandingannya dengan Soeharto, ternyata pada jaman Orde Lama tuh udah ada loh badan yang sekarang disebut dengan KPK, Tim Tastipikor, dll, salah satu pemimpinnya adalah Jenderal Ahmad Yani. Nah, ini kan sebuah bukti kuat bahwa pada saat itu korupsi sudah dipandang sebagai sebuah masalah besar ..... dan harus segera dicarikan jalan keluarnya ... ? Korupsi gak cuma 'punya' nya orang-2 Soeharto, Bung .... ]. Butir kedua adalah pernyataan Pram yang berkali-kali menyatakan anti-Jawanisme, salah satu aksi penolakan budaya Jawa itu ia gambarkan dengan tidak menggunakan bahasa Jawa - karena bahasa itu memiliki tingkatan, tergantung kapasitas serta penggunaannya. Ia mengaku sangat terkesan dengan Bahasa Jepang yang katanya berkarakter. Karakter di sini diindikasikan lewat banyak tidaknya adopsi bahasa luar yang digunakan dalam kosa kata. [wow.... ini pernyataan yang aneh, karena setahu gw bahasa Jepang itu juga punya tingkatan lh: hiragana, katakana, kanji. bahasa Jepang yang digunakan kaisar tentu tidak sama dengan apa yang diajarkan kepada orang-orang non-Jepang. Soal karakter, lah, bahasa jepang juga banyak mengadopsi kata-kata dalam bahasa Inggris - terutama lewat invasi budaya Amerika ke Jepang - sehingga saat ini lumayan banyak kosa kata jepang yang 'berbau' bahasa inggris.]
  2. Kemarin - abis liputan putusan DPRD Depok - gw beli kaset Maroon 5, udah basi banget gak sih? Gw belinya pas musim Maroon 5 udah lewat?! Hehehehe ...... gw sih ngeliatnya ini band "cowok banget", bikin bersemangat. Nah, tulisan yang pengen gw bahas sebenernya gak ada hubungan dengan sifat si band itu sendiri, tapi lebih ke masalah kualitas suara kaset. Yeap, gw rasa untuk kaset Maroon ini kok ada bagian yang nadanya tiba2 pelan .... terus si penjualnya kemarin emang sempet bilang bahwa produknya itu digaransi ampe jam 20.00WIB keesokan harinya. Jujur ini baru pertama kalinya bagi gw beli kaset terus si penjualnya menjanjikan garansi just incase barangnya rusak atau ada trouble. Wah, bener aja .... bermasalah! Ah, susah!
  3. Mati. Tentang mati, kematian, dan orang-orang yang gw sayang. Percaya gak? Beberapa hari belakangan ini gw merasa lho bahwa jam tidur gw terlalu banyak, ampe rada males tuh yang namanya ketemu bantal. Kantung mata gw makin jelas kalo kebanyakan tidur -kebalikannya orang lain kan - tapi kalo di bis gw selalu "sukses" tidur. Hahahaha ..... apa gw udah bentar lagi menemui ajal yah? Terus apakah mati akan sesakit itu? Kalo gw mati, banyak gak yah yang bakal dateng ke rumah gw and saying how sad they are ... berapa banyak yang akan membacakan doa, menyolatiku, mencium wajahku untuk terakhir kalinya, mengusap dan membisikkan kata-kata perpisahan yang indah di telinga ku? Pasti Mama sangat terpukul, menangis dalam, memeluk erat tubuh dingin ku, ah .... [saat gw ketik kalimat ini, mata gw kembali mengeluarkan air beningnya - tanda gw harus berhenti membahas topik ini]
  4. Tisu basah. Ada cerita unik tentang bis Mayasari P6 dan tisu basah. Pengen gw tulis sebagai contoh paling nyata tentang betapa sulitnya orang Indonesia bersyukur, berterimakasih, dan membalas niat baik orang lain. Penasaran? Rada lucu bisa bikin lu ngakak dech ^_^

Saturday, January 21

promosi gratis!

kenapa yah .. gw kali ini bener2 merasa terjebak di antara realita tugas dari korlip dengan apa yang ada di kepala gw. itu loh .. tentang liputan khusus bertajuk playboy, yang katany sih bulan maret bakal beredar di Indonesia. ah .... sebenernya gw gak percaya bahwa arus protes ini dari berbagai pihak - supaya playboy dibatalkan surat izinnya - simply just like that. karena faktanya ... pemerintah sudah mengeluarkan izin untuk penerbitan playboy pada akhir november 2005 lalu.

lha ... whats the point gitu loch?! sekarang elu ribut2 protes soal playboy kalo toh izinnya udah keluar beberapa bulan silam, sementara sekarang kita cuma tinggal menghitung hari peluncurannya saja ....

ugh ... BT kan?! gw meyakini bahwa ini semua - aksi protes dan TERUTAMA tulisan2 gw dalam serangkaian liputan khusus - hanya akan memberikan publikasi gratis bagi pihak playboy. why? it proven that hampir semua orang yang berkomentar tentang peredaran majalah berlambang kelinci bertuksedo itu bakal membeli edisi perdana playboy.
mereka bilang mereka akan membeli karena merasa penasaran. huh ........ kayaknya gak perlu beli playboy kalo pengen liat yang begituan ... di situs2 juga banyak kok ... lebih "dahsyat" malah kayaknya ....

i really hate this, i made them free-publicity [!]
dasar, Mr. Small, dia pikir dirinya se-pintar and se-brilian itu ... tapi sebenernya this is just proving that he's not.

capek .....

Wednesday, January 18

tiada hari tanpa berbuat dzolim?

Entah apa yang sedang meraja dipikiran para petinggi ANTARA saat ini.
Kang Dadan dipindah ke bagian percetakan, dan dicabut status wartawannya.
Menurut sumber, Seklem bilang kebijakan memindahkan itu adalah hak PU.
Dikabarkan pula, pertimbangan pemindahan bersumber dari pernyataan Kang Dadan, "Udah, jangan sok tau deh lu ngatur-ngatur TV."
Padahal, masih menurut sumber tadi, pernyataan itu bukan merupakan pernyataan Dadan. Pak Edi tau itu, dan orang yang sebenarnya menyatakan statement itu juga tau lah [!].



Hidup cuma sekali.
Ia singkat, namun sangat menentukan.
Masih layakkah kita berlaku sombong, congkak, apalagi pongah, padahal tubuh ini begitu lemah dan hina?
Masih pantaskah berbuat keji kepada sesama, sementara semua yang ada hanyalah titipan - yang terkadang kita rebut dengan seribu satu cara nan licik dari orang lain?

...........

Tuesday, January 17

ujan dan etos kerja

Beberapa hari terakhir hujan terus saja melanda di berbagai daerah, tak terkecuali ibukota Jakarta. Suasana yang dingin, rawan basah kena air, emang bikin banyak orang jadi males ngapa-ngapain selain makan yang anget-anget and berkemul di bawah selimut.

Hari ini gw seharusnya siaga pagi Lipsus gantiin Panca, karena kemarin gw sendiri yang menawarkan diri untuk tugas siaga itu. Tapi alhasil toh tetep aja gw ke kantor abis nonton baby huey ... ^_^ alias jam 08.00WIB. Gw perkirakan bisa sampe kantor 2 jam setelah jam keberangkatan, itu artinya gw sampe lantai 20 jam 10 pagi.

Saat setengah tersadar dari tidur, gw denger suara seperti kayu yang tengah terbakar kalo lagi ada acara api unggun. "Kretek-kretek" ... Gw curiga suara itu datang dari dapur, terlihat asap dan api sudah lumayan "menyeramkan". Alhamdullillah di tempat cucian piring ada air cukup banyak, bisa gw pake untuk padamkan api .... Phuih! Serem banget, api berasal dari panci yang isinya sudah hitam-hangus 100 persen, dan api muncul dari bagian dalam panci. Kompor gas masih menyala, nyaris kehabisan gas barangkali. I was shocked, but thank God i can managed it ... The fire failed to harm anyfurther .....

Gw yakin tadi Mama lupa matiin kompor setelah ngangetin makanan. Tadi pagi Mama and Mas Allex pergi rada kesiangan, thats what i know...karena semalam gw baru nyampe rumah dari acara nomat di TIM (Geisha) jam 23.30 and mereka masih pada melek semua ... Mama bilang dia gak bisa tidur, sementara Mas Allex emang sengaja gak tidur sore karena mau nonton Highlights La Liga Italia di indosiar.

Okey, balik ke perjalanan ke kantor gw hari ini ... Sesampainya di kampung rambutan, gw - again - ketinggalan P10. Jadilah gw nunggu di dalam P10 yang baru terisi 3-4 orang calon penumpang. Kudu nunggu ampe penuh lagi, and it takes about 30' Ternyata adegan menunggu tidak selesai di kampung rambutan. Jalanan macet minta ampun, padahal bis gw udah berada di jalur yang katanya bebas hambatan - tol.

Bolak-balok gw liat jam tangan, ternyata udah jam 10. Itu berarti gak mungkin gw bisa nyampe kantor jam 10 kan? Hm ... ujan masih aja turun dengan derasnya ... Gw yang berpikir naik P10 bakal mempercepat tempo tempuh perjalanan gw ke kantor, ternyata perhitungan itu salah. Dan gw harus naik P15 nyambung ke kantor, and still .. the rain is there.

Di kantor gw ketemu Arnov, dia siaga pagi ternyata ... Arnov bilang belum ada pewarta yang minta ditelpon, "Diah aja bilang dia masih di rumah, belum berangkat. Males liputan gara-gara ujan."

Hahahaha ... well, actually penyakit defisiensi semangat kerja ketika musim hujan datang itu bukan hanya menjangkiti diriku.

Pertama, andai aja gw gak males-malesan bangun tadi pagi, yakin deh gw pasti ga perlu BT di P10 karena sibuk made-up reasons on why i didnt fulfill my promise soal siaga Lipsus ma Panca.

Kedua, andai aja gw gak males bangun ... pasti gw perlu ada acara panik liat api demikian besar di kompor gas yang mulai kehabisan gas. Parah banget kan? I almost burn the house!!!

Ketiga, gw harus ilangin neh acara males2annya gw ...... or i might loose more... BT banget!

Saturday, January 14

Rp8.500 dapet 60

Kadang gw merasa barang-barang elektronik berharga mahal itu memang mahal karena kualitasnya bisa "diadu" dan tidak ada substitusinya. "Pembuktian" ini gw alamin dengan baterai A3 yang gw beli cuma Rp8.500 and gw dapet 60 biji. Gw beli baterai itu di pasar pagi lama, di kawasan kota tua - dalam rangka jalan-jalan ama Niken..

Waktu gw nanya-nanya harga barang grosiran ke si penjual, antara lain cotton bud dan buku alamat, gw sempet nanya kira-kira apa baterai yang gw beli ini bisa nyala semua?

"Bisa neng, bisa nyala. Tapi saya gak tau berapa lama nyalanya," jawab yang ditanya.
"Ho ... ," responku standar.
"Iya, nyala semuanya. Tapi paling bentar," kata Niken berkomentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Hujan turun dengan sangat derasnya. Gw dan Niken masih terduduk di dalam busway yang penuh. "Ujannya gede banget yak," ujarku singkat. "Mendingan elu ke Blok M aja dulu, ntar abis itu elu balik lagi ke BI," balas Niken sambil nyengir gak jelas.

Saran macam begitu sudah pasti gw tolak mentah-mentah, lha ... dia enak; gw temenin dia ke pulang ke arah blok m, tapi gw balik ke BI nya sendirian .... Hiks! Gak mau .... u :P Alhasil jadilah gw tetep turun di halte BI, alhamdulillah ujan udah rada mereda ...

Pas jalan di trotoar, ujannya kembali derez .... huahua ... ! Sebel, kenapa ujan turun begitu deras, padahal gw bentar lagi nyampe Wisma Antara? Dengan semangat tanpa penurunan tenaga, gw jalan terus, jalan dan jalan. Basah? Udah pasti lha itu .. *Bataknese mode*

Segera gw membuka hasil belanjaan gw itu di meja desk olahraga. Baju basah, jilbab basah, gw coba gak terlalu pedulikan ... Semangat banget gw nyobain baterai murah bin banyak itu ke MP3 player gw.

Lagu yang gw pasang adalah "Prolog" - PADI. Seneng rasanya bisa make MP3 player lagi dan mendengarkan musik kesukaan. Isenk-isenk gw ngeliat indikator baterai. You know what??!
Its empty!!! Masuk lagu kedua, MP3 player bener2 mati! Huaaaa.............

Kalo satu baterai cuma bisa maenin satu lagu ... gw jadi berpikir ulang, mungkin masih mending baterai alkaline ABC atau energizer yang harganya bisa sampe Rp9.000/2 unit. Karena gw bisa pake itu baterai seharian untuk dengerin MP3 player.

Friday, January 13

The Change

Ide diambil dari pertunjukan "Oprah Show" edisi Jumat, 13 Januari 2006

Jim/Jennie and Deedie

This is a story about the couple that married for 16 years long, a loving husband turning to be a fully woman.

Named Jim, the husband of Deedie. Jim - which change name to Jennie - said that he had always wanted to be a woman, its since the child lifely-hood. Even though he keeps the stuggle to not fallen into a woman, in the year of 10th of his wedding with Deedie, he finally told his wife - the woman that he love - about his desire to become a woman.

Jim/Jennie once thought that marriage will cure him. At his post-graduate school, Jim/Jennie was most of the time playing role as a female, wearing lipstick, dress like a woman, and walking down at the streets without anyone can figure that it was Jim under the skirt and those make-up.
Jim met Deedie. They got married, and blessed with two sons.


The desire were actually still there and even grew stronger after a 10 years marriage," Jim said to the audience.



According to Jim, the marriage was infact unable to pushed away his long-life time desire, which is to become a fully-woman.

"What was your 1st impression when Jim came to you and deliver his will to become a woman?" ask Oprah to Deedie - who accompanied Jim at the show.

"I was shocked. I felt betrayed, been foolished, and sad," Deedie answered, "Sad because I knew that I'm loosing my husband."

But Deedie and Jennie are still a married couple after the fully surgery happened 5 years ago. Deedie considered that inside Jennie theres still a man - a person that she married to, even though Jim was not there anymore phisically -

Jim/Jennie wrote a book about this trans-sexual process. One of the words is saying that at their last sex-activity, "After we had sex, Deedie was laying at my (Jennie's) breast, with boobs. Deedie's tears was scrowling down in my stomach."

"Shes not not there", when Deedie told Jennie that she is not a lesbian, that is why Deedie just cant have sex anymore with Jennie...
Deedie and Jennie are more like friends or siblings now. They share closet, make-up, and skirt. "I was angry at the beginning, but then again I can except her (Jennie) in my room, in my bed," Deedie explained.


Thursday, January 12

Kasih Komentar Donk!

Kalo abis baca blog gw ini, jangan lupa kasih komentar donk ... ?
Gampang kok, tinggal klik "comments", dan jadilah form untuk nanggepin tulisan di blog ini ... lumayan, jadi ada "feed-back" gitoch!

Ini pesan sponsor .... jadi harus dituruti, awas kalo enggak!

INDOVERS!!!



"sodaraku sebangsa dan setanah air
sampaikan dulu salam di tanah kami lahir
kami di sini rindu sekali
untuk bisa kembali berkumpul lagi
sayang sepertinya kami belum bisa pulang
sayang sepertinya kami masih harus berjuang
harap mengerti kami pun sedih
rindu makan nasi lauk sambel terasi

sodaraku sebangsa dan setanah air
jika saja mungkin kamu yg datang mampir
bawakan kami kue serabi
atau apa saja buatan ibu Asti
ingin lihat lagi balapan di jalan raya
ingin denger gosip artis atau siapa saja
apa yg terjadi cium tangan kami
sekarang di sini

reff: di manapun aku berpijak
tak kenal hati beranjak
merindukan hangatnya rasa bersama mu

tiada lebih yg seindah mu
hadirkan banyak kisah cinta
damai dan jayalah selalu Indonesia

sodaraku sebangsa dan setanah air
di sini kami bangga jika kami dapat mengibarkan
sang merah putih ke langit tinggi
tidak hanya jadi rutinitas upacara
tapi rasa bangga sebagai seorang anak bangsa
itu benderaku merah darahku putih tulangku

sodaraku yg jauh di tanah air
dukungan doaku bagi kami sangat berarti
semoga kami di sini takkan sia-sia
semoga saja nanti kami jadi lebih sakti
antarkan bangsa ini ke tempat lebih tinggi
hei lihatlah nanti kami kembali buktikan janji

repeat reff

bayu terpa daun melambai (melambai-lambai)
indah ayunan nyiur di pantai (nyiur di pantai)
rasa kalbu berbisik cinta (berbisik-bisik)
raja kelana (raja kelana)

memuja pulau nan rupawan (memuja pulau)
ibu pertiwi indah permai (nan indah permai)
ku cinta kau tanah airku (tanah airku)
indonesia (indonesia)

melambai-lambai nyiur di pantai
berbisik-bisik raja kelana
memuja pulau nan indah permai
tanah airku Indonesia"



Ini lagu bagus untuk didenger, and bagus juga untuk menjadi sekedar pengingat tentang bangsa sendiri.. Seberapa busuk dan jeleknya nama Indonesia, tetap merah-putih adalah bendera ku. Bukan sekedar rutinitas upacara sekolah, tapi penuh kebanggaan ketika bisa melihatnya terbentang, berkibar di langit biru.
Damn, dalem banget yah? Emang, udah saatnya kita untuk mulai peduli dengan bangsa ini - simply by listening to this nasionalistic pop song - minimal jadi semangat! Hehehehe ....
Semoga sampe akhir hayat gw tetep bangga jadi orang Indonesia ^_^ AMiiien ....

Wednesday, January 11

pengen baca? tapi jangan bilang siapa-siapa yah?!

Surat Cinta untuk JAWA POS
Oleh: Candra Malik, bekas wartawan JP-IP
Saya Candra Malik.
Saya menulis ini karena mencintai Jawa Pos (JP).Kendati saya telah menyatakan berhenti bekerja sebagai wartawan Indo.Pos (IP) – bagian dari Jawa Pos News Networking (JPNN) – per 1 Agustus 2005 setelah bekerja putus-sambung di JP dan JPNN selama kurang lebih lima tahun, saya masih membaca JP setiap hari hingga tulisan ini saya buat. Karena itulah, saya mengetahui "hasil liputan" teman-teman saya – para bekas teman sejawat saya yang masih bertahan hidup dengan "menulis" berita di JP – terutama berita- berita di halaman muka dan belakang.
Para pembaca yang budiman mungkin terkejut ketika membaca berita Kasihan, Warga Tak Berdosa Jadi Korban (JP edisi Senin 3 Oktober 2005; wawancara dengan Wan Noraini, istri Dr Azhari Husin) dan Istri Doakan Azhari Mati Syahid (JP edisi Kamis 10 November 2005; wawancara dengan Noraini). Maklum, narasumber merupakan istri orang paling dicari di bumi Indonesia sehingga keberhasilan mewawancarai Noraini adalah prestasi luar biasa. Dan, sewajarnya jika JP kemudian memasang label "eksklusif" dengan huruf kapital.
Namun, saya bukan termasuk orang yang terkesima. Sedikitnya ada dua alasan mengapa saya bersikap demikian. Pertama, JP yang saya kenal memang sangat menyukai penggunaan label "eksklusif" sehingga tim redaktur maupun wartawannya sendiri dengan berbagai pendekatan akan melakukan "usaha yang sangat keras" untuk bisa menempelkan label itu; tentunya pada berita-berita kelas satu.
Kedua, kami – sebagian wartawan JP, termasuk saya yang bekas wartawan JP – punya kebiasaan melihat dulu inisial wartawan penyaji laporan sebelum menuntaskan membaca suatu berita di koran kami. Jika ternyata inisial di akhir berita itu adalah milik wartawan tertentu yang sudah kami ketahui memiliki kredibilitas yang sangat rendah, sebagian dari kami – termasuk saya – memutuskan untuk tidak melanjutkan membaca berita tersebut. Sebab, percuma saja membaca berita yang tidak valid, tidak akurat, hiperbola, bahkan layak dicurigai sebagai berita imajinatif, bohong, dan fiktif.
Pendek kata, kami "tahu sama tahu" mengenai track record masing-masing di lapangan. Karena itulah, sudah menjadi makanan kami sehari-hari, kami suka membicarakan kriminalisasi jurnalistikini. Baik secara diam-diam – dalam konotasi sesungguhnya yaitumembicarakannya dengan suara pelan, di kantong-kantong ruang redaksiyang terhalang pandangannya bagi bos, dan di waktu-waktu yang sepiperhatian – maupun secara terang-terangan untuk menarik perhatianbos dan kalangan lingkaran dalam bos – meski selama ini nyaristidak pernah diindahkan.
Kasus penodaan karya jurnalistik ini bukan yang pertama di JP. Saya tidak memiliki kapasitas untuk menyinggung kasus-kasus yang saya tidak ketahui dengan mata kepala sendiri. Apalagi kasus-kasus yang terjadi jauh sebelum saya mulai bekerja di JP pada kurun awal 2000. Misalnya, kontroversi berita Paris Dakar dan runtuhnya kediktatoran Marcos di Filipina yang kabarnya diduga dilakukan oleh seorang wartawati JP yang kini sudah "duduk tenang di atas".
Tapi, saya tidak bisa menutup mata melihat kasus-kasus berikutnya terus terjadi, dibiarkan terjadi, dan bahkan dipaksakan terjadi hingga akhirnya melemahkan sistem, menumbuhkan model jurnalisme "asal bos senang", menciptakan budaya like and dislike di dapur redaksi, dan membenarkan penghalalan segala cara dalam penyusunan berita, yang pada gilirannya nanti saya khawatirkan akan membuat JP yang saya cintai makin keropos dan finally roboh.
Saya bisa mulai membahas ini dari pengalaman saya pribadi dalam penugasan sebagai wartawan Indo.Pos (IP) yang juga merupakan bagian dari JPNN (Jawa Pos News Networking) yang bos-bosnya juga orang-orang JP dengan kultur yang tidak berbeda dengan JP.
Saya berhenti dari IP dengan jabatan terakhir koordinator liputandan tugas terakhir sebagai redaktur halaman khusus Antikorupsi.
Pada suatu Jumat malam di bulan Mei 2005 (semoga akurasi bulannya tidak keliru), saya dipanggil pemimpin redaksi IP. Ketika itu, hari sudah cukup larut, sudah di atas pukul 23.00. Saya ditugaskan untuk membuat halaman Antikorupsi mulai Senin depan. Itu artinya, saya hanya memiliki waktu dua hari untuk mempersiapkan halaman tersebut. Dua hari. Dan yang perlu dicatat, kedua hari itu adalah hari-hari tidak efektif yaitu Sabtu dan Minggu.
Saya sudah mengatakan, mana ada kantor lembaga negara dan pemerintahan yang buka pada hari-hari itu. Kantor Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga nyaris pasti sepi. Kalau pun ada orang, mereka tidak akan bisa membuka arsip dan menyediakan data tentang kasus-kasus korupsi yang kita minta pada hari-hari yang bukan hari kerja seperti itu.
Tapi, pemimpin redaksi IP tidak mau tahu. Dan saya "dipaksa" agar memaklumi hal itu karena bos besar JP-IP juga tidak mau tahu soal apologi itu. Apalagi, halaman ini gagal digarap teman-teman JP yang sebelumnya hanya diwajibkan membuatnya sekali sepekan sehingga dialihkan kepada IP dengan harapan kali ini berhasil.

Bos JP tidak mau mendengar alasan kegagalan lagi karena halamanAntikorupsi merupakan implementasi dari kerja sama JP denganKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Memang seperti itulah JP yang saya kenal. Sejak bergabung dengan JP di Surabaya, sejumlah redaktur memang telah mencekoki para wartawan baru – termasuk saya waktu itu – dengan doktrin No Excuse! alias tidak ada alasan. Sehingga saya tumbuh sebagai wartawan dengan pikiran bahwa sebuah instruksi harus dijalankan dengan sukses jika saya tidak mau disudutkan hingga akhirnya terpojok dan terbuang. Dan seperti sudah menjadi tradisi, banyak wartawan baru di JP Surabaya khususnya yang bertumbangan. Mereka tidak kuat menjalankan tugas jurnalistik karena kerasnya tuntutan kerja yang perfeksionistis. Karena itulah, rekrutmen wartawan baru seringkali dibuka. Bahkan, bukan hanya wartawan baru yang kehabisan energi. Wartawan lama pun tak sanggup bertahan lagi.
Puncaknya, puluhan wartawan JP-IP keluar. Mereka bedol desa ke koranbaru, Seputar Indonesia (Sindo). Sebagian yang masih bekerja diJP-IP kabarnya terus mencari "pandangan lain". Dalam kasus halaman Antikorupsi, saya akhirnya hanya bisa mengiyakan. Perintah bos, halaman ini satu halaman penuh, tidak boleh dipotong oleh iklan, berwarna, diletakkan di kapel depan, dan setiap hari. Bayangkan, setiap hari! Setiap hari saya diwajibkan mengisi halaman Antikorupsi dengan berita-berita tindak pidana korupsi beserta penanganan hukumnya.
Jangankan saya, para praktisi hukum legal formal saja pasti tidak sanggup menulis artikel tentang korupsi sepanjang satu halaman koran tujuh kolom setiap hari. Apalagi, halaman Antikorupsi tidak mungkin dimasuki kalimat-kalimat yang indah layaknya berita feutures – apalagi opini. Sebab, berita harus menyajikan data dan fakta. Harus akurat, valid, dan up to date. Harus konfirmatif. Harus imbang. Cover both side. Harus menghormati asas praduga tak bersalah alias tidak asal tuduh. Itu semua harus dipenuhi jika tidak ingin dilumat oleh somasi hukum.
Malam itu, saya tidak bisa tidur. Dalam benak saya terlintas kegamangan. Betapa pontang-pantingnya saya akan mencari data dan fakta. Betapa susahnya saya akan menghubungi para narasumber. Dan, semua pasti mahfum bahwa orang-orang yang terjerat kasus hukum – apalagi tindak pidana korupsi – tidak akan sukarela menemui atau sekadar mengangkat telepon genggam demi meladeni pertanyaan pers. Mereka akan cenderung menutup diri, ngumpet, atau bahkan kabur. Kalau pun merasa perlu bicara, mereka memakai jasa juru bicara atau pengacara. Kalau pun ada konferensi pers dengan oknum tersebut, itu pun pasti tidak terjadi setiap hari!
Tapi, saya sedikit lega karena malam itu bukan hanya saya yang pusing. Seorang senior saya yang mengepalai semacam kompartemen grafis di JP juga mengaku pening memikirkan perintah bos yang satu ini. Dia bilang kepada saya," Oke, anggap saja Anda dan tim Anda bisa menyajikan berita-berita korupsi setiap hari. Tapi, apakah halaman ini akan diisi tulisan melulu? Darimana fotografer bisa mendapat foto-foto penunjang? Halaman ini mau diisi gambar apa? Apa diisi ilustrasi dan karikatur seperti komik?". Saya hanya tersenyum kecut.
Alhamdulillah, halaman Antikorupsi bisa terbit pada Senin yang ditentukan dan bertahan kurang lebih tiga bulan di bawah komando saya. Meski bisa dibilang, saya mengomandoi diri saya sendiri. Sebab, waktu itu saya hanya diberi dua wartawan baru yang menulis berita ringan saja belum presklar. Selebihnya, setelah saya berhenti dari IP, saya tidak bisa mengomentari halaman Antikorupsi yang kini sudah tidak di kapel depan, tidak satu halaman penuh, boleh dipotong iklan, divariasi dengan rubrik interaktif pesan pendek (sms) pembaca, dsb.
Mungkin pembaca yang budiman akan bertanya, bukankah perusahaan penerbitan pers sekelas JP-IP selayaknya memiliki sebuah lembaga litbang? Memang, itulah yang selayaknya. Tapi, faktanya, JP Jakarta hanya memiliki dua-tiga staf litbang yang tidak lebih dari sekadar juru ketik dan tukang kliping. Mereka tidak benar-benar menjalankan fungsi penelitian dan pengembangan. Mereka (layak diduga) hanya asal comot data, fakta, dan berita dari media massa dan sumber lain. Dan, sejauh yang saya ketahui, IP masih mengandalkan litbang JP Jakarta.
Karena itulah, wajar saja jika muncul wartawan-wartawan kompilator – setidaknya itulah yang saya ketahui selama saya bekerja di JP dan IP. Para wartawan kompilator ini (layak diduga) sangat jago mengompilasi data, fakta, dan berita dari media massa dan sumber lain; baik itu cetak, elektronik, maupun internet, tanpa menyebutkan sumbernya. Sehingga muncul anekdot: Koran akan tetap terbit bisa selama si kompilator tidak libur.
Apalagi, ini era internet yang tinggal klik saja untuk bisa mengetahui berbagai hal. Jangan tanyakan lagi tentang akurasi dan validitas karena para wartawan itu dikejar deadline, ditekan bosnya, dan dilarang keras kecolongan berita. Andai saya dulu bertugas di desk hiburan JP-IP, saya mungkin juga akan "memantau" infotainment agar bisa menulis berita dengan "benar".
Ah, sudahlah, saya sudah ngobrol terlalu banyak. Maaf...
Candra Malik
Bekas wartawan JP-IP, kini penulis lepas. Tinggal di Depok.

Sunday Night Awsome Movie

Minggu (8/1) malam gw mantengin channel di Metro TV. Kindda tired changing the channel and end-up with notthing but louzy entertainments ...

Nah akhirnya gw dapetin lah itu film "Children of a Lesser God", yang maen Marlee Martlin and William Hurt. Gw rasa itu film udah film jebot, yaaa ... tahun 80-an kali yah ... dari gaya berbusana si Martlin yang plus gaya rambutnya yang keriting - padahal dia kelihatan lebih cantik kalo rambutnya lurus -

Cerita film ntu lumayan ringan and mengalir mudah. Awalnya gw tertarik nonton film ini karena judulnya keren ... mirip2 "Children of Heaven" kan .. ? Tapi ketika gw mulai nonton kisah ceritanya, bener deh, ternyata bukan cuma judulnya aja yg bagus, tapi story-nya juga bagus.

Bermula dari si William Hurt "James" yang punya profesi pengajar anak-anak sekolah di sekolah luar biasa kelas tunarungu. James digambarkan melamar posisi guru di sebuah sekolah terpencil di sebuah desa. si kepala sekolah impressed terhadap surat lamaran and CV si James. Maka jadilah James diterima mengajar di sekolah luar biasa itu. Saat mengajar, James melatih anak didiknya untuk tak hanya berkomunikasi dengan bahasa isyarat, namun juga mengeluarkan suara, bersuara dan bercakap layaknya orang-orang yang bisa mendengar secara normal.

Suatu ketika James makan siang bersama guru and murid-murid di kantin sekolah. Secara tidak sengaja dia melihat ada seorang perempuan cantik, sapa lagi coba kalo bukan si Martlin tea .... ^_^ , yang tengah bertengkar dengan koki - menggunakan bahasa isyarat tunarungu. "Wah, bener-bener blak-blakan nih cewek," komentar pertama James saat melihat Sarah (Martlin).

Singkat cerita, si James ini mulai sibuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan "siapa sih Sarah ini?" James tanya-tanya ke si kepala sekolah, tanya ke kolega guru lain, dan akhirnya, James ketemu langsung dengan Sarah satu kali saat Sarah bersih-bersih kelas seusai jam sekolah. Sarah bekerja sebagai janitor - tukang bersih2 - di sekolah itu, padahal banyak orang bilang Sarah adalah wanita yang cantik dan cerdas.

"Kenapa kamu gak cari kerjaan lagi, kenapa harus jadi tukang bersih-bersih?" tanya James kepada Sarah, di dalam ruangan kelas, pada saat pertama kali mereka bertemu.
"Cuma pekerjaan ini yang bisa aku kerjakan sendirian dan tidak membutuhkan komunikasi dengan orang lain," jawab Sarah singkat.
"Iya, tapi kan masih ada pekerjaan lain yang bisa kamu kerjakan dalam kesunyian?" bantah James, "Aku akan ajari kamu berbicara, jangan khawatir, aku bisa mengajarimu berbicara. Aku mengajari murid-murid di sini untuk bisa berbicara."

Sarah berperangai keras dan membatu. Meski demikian, James selalu berhasil "meluluhkan" hari Sarah dengan serangkaian perdebatan. Pertama-tama James mengajak Sarah kecan makan malam. Saat menikmati makan makan, Sarah meminta James untuk mengajaknya berdansa. Musik ceria dimainkan di lantai dansa, dan Sarah "turun" ke sana dengan wajah serta senyum yang sumringah. Awalnya James bingung dengan ajakan berdansa Sarah, dalam hatinya mungkin berkata "Bagaimana mungkin orang tuli mendengarkan musik dan berdansa?" Sarah, menurut penuturan kepala sekolah, telah tuli sejak dilahirkan. Itu artinya dia memang tidak pernah mendengar atau kalau pun bisa mendengar - sangatlah lemah suara yang dia bisa dengar.

Ketika berdansa, Sarah menggerak-gerakkan tubuhnya dengan gaya yang "beda". James ampe terperangah dan terdiam. Dansa ala Sarah adalah memejamkan mata, bergerak ke kanan dan ke kiri, mengelus tubuhnya sendiri dari kepala hingga pinggang. Pokoknya menurut gw sih, gaya dansanya Sarah teh SEXY pisan .... hehehehe .. untung gw bukan cowok ^_^

Saat orang-orang sekitar sudah berganti gaya dansa, Sarah pun membuka pelupuk matanya. James tersenyum dan memegang kedua tangan Sarah sambil mengayunkan gaya dansa romantis - musiknya dah ganti jadi musik so so mellow gitu deh ... - For the 1st time, Sarah and James berpelukan, biasanya mah mereka debat pake bahasa isyarat and end-up with Sarah leaving James alone. Pas dansa, James kembali bring-up masalah belajar berbicara and isu kenapa si Sarah gak cari kerjaan lain selain tukang bersih-bersih. Sarah pun tersulut. Orang-orang di lantai dansa melihat ke arah mereka yang sedang bertengkar, aneh karena rada culun, keduanya sibuk gerak-gerakin tangan ... tanpa mengeluarkan suara lazimnya orang normal lagi "ribut", pasti rame karena saling meneriaki because sama-sama mau didenger.

Pas nganter pulang, James dicuekin sama Sarah, nganternya juga cuma diperbolehkan sampe depan rumah - bukan di depan pintu. Tapi konyolnya, pas James membelakangi Sarah - yang lagi buka pintu rumah - si Sarah malah ngeliatin James, and orang yang diliatin itu juga ternyata melihat ke belakang. Jadilah mereka sama-sama ngerasa ketauan ... hehehehe ......

Cerita punya cerita, akhirnya James berhasil mendekati Sarah. Si kepala sekolah dibuat meradang karenanya. "Hubungan kalian itu tidak akan berhasil. Jangan kamu mulai, karena nanti ujung-ujungnya Sarah akan patah hati," ujar kepala sekolah yang tengah memarahi James. Sebagai pria dewasa yang udah kadung jatuh cinta and pengen selalu bersama Sarah, James pun menegaskan niatnya, "Saya mencintai Sarah, dia akan tinggal bersama saya."

Sebenernya ada momen bagus ketika Sarah and James berada di kolam renang sekolah. WEll, ceritanya Sarah ini demen banget berenang sendirian pada malam hari, terus ketika James and Sarah berantem, James mencari Sarah di kolam renang sekolah. Ternyata it works for him, Sarah lagi asik berenang - kayaknya sih kagak pake baju renang :P - sendirian. Pas di pinggir kolam renang, sambil meletakkan telapak tangan kanan di pipi Sarah, James berkata, "Kamu adalah wanita paling keras, paling cantik, dan paling brilian yang pernah saya jumpai."
"I'm falling ... " kata James, yang lantas ditanggapi BT sama di Sarah. Cewek itu langsung bergerak ke tengah kolam, meninggalkan James di tepi kolam. "I'm falling to the pool with you," kata James lalu menceburkan diri ke kolam ... hihihi .... James batal bilang "I'm falling in love with u" ke Sarah ... gw rada ketawa pas di adegan ini :)

Cerita film ini sebenarnya banyak bertutur tentang kerasnya hati Sarah dan betapa persuasifnya James kepada cewek yang lagi ditaksirnya ... Si cewek bersikukuh gak mau belajar bicara dalam bahasa normal, sementara James gak pernah nyerah membujuk dan membesarkan hati Sarah, bahwa Sarah bisa bicara dan bisa mendapatkan pekerjaan lain yang jauh lebih layak.

Suatu kali Sarah and James bertengkar hebat, dan Sarah come back ke rumah ibunya - yang berjarak 60mil pp dari rumah James - . Lama tak ada kabar, James pun mencari ke rumah ibunya Sarah. Di sana James ditolak bertemu dengan Sarah, tapi gak sia-sia, James dapet bocoran dari ibunya Sarah bahwa sekarang Sarah udah kerja and sedang giat2nya menabung biaya kuliah.

James bilang, "Good, thats very good," meskipun wajahnya terlihat pias. Benar saja, ternyata Sarah didapati oleh James tengah bekerja sebagai tukar manikur/pedikur di sebuah salon dekat rumah ibunya. Pas Sarah pulang, ibunya lantas memberitahu bahwa tadi James datang, "Dia merindukan mu."

Akhirnya Sarah and James ketemu di sebuah pesta yang diadakan di sekolah, tempat dulu Sarah pernah bekerja sebagai tukang bersih-bersih. Dan ternyata endingnya tuh sederhana banget ... Sarah and James sepakat tidak akan mengubah apa-apa yang telah ada di dirinya mereka masing-masing. James tidak akan memaksa Sarah untuk belajar berbicara, and Sarah juga tidak akan berlaku kelewat sensitif bila James terlihat senang and bangga ketika anak-anak didiknya berhasil berbicara dan berdansa layaknya orang normal bisa mendengar.

Sarah punya trauma berat yang membuat dirinya tidak mau belajar berbicara. Ketika kecil, dia pernah mencoba mengeluarkan suara - pengen belajar mengucapkan kalimat maksudnya - tapi ternyata it only end-up as bahan olok-olok oleh her sister's friends, simply because suara Sarah jelek sekali. Tiap malam minggu, temen-temen kakaknya Sarah datang ke rumah dan mengajak Sarah jalan ke luar. Sarah mengaku bahwa acara jalan-jalan itu cuma berisi seks tanpa bicara, tanpa suara. Her sister's friends "mengantri" menikmati tubuh Sarah, karena menurut mereka Sarah bisa memberikan seks yang jauh lebih hebat bahkan bila dibandingkan dengan cewek-cewek seumuran mereka yang tidak tunarungu. Sarah became over-sensitive soal seks and penghargaan terhadap orang-orang tunarungu yang bisa berbicara atau sukses dalam hal karir...

Menurut gw, film ini bagus dalam hal penggambaran interaksi -tunarung dan bukan tunarungu - serta kegigihan masing-masing individu yang bertahan di posisinya "berkat" track-record masa lalu....
Kesatuan dalam cinta, itu lebih penting daripada kesatuan dalam kesamaan. Walaupun gw yakin kalo aja si Sarah kagak secantik Marlee Martlin, pasti deh James gak akan ambil pusing dengan peristiwa "ribut-ribut" di dapur, at the 1st place. Tapi berhubung yang ribut teh cakep bener ... maka yaa ... naksirlah dia .... ^_^

Monday, January 9

Loecoe Lu!

Kantor gw ini bener2 lucu ... bukan dalam pengertian yang sebenarnya, cuma satir semata. Why? Karena hari ini dan Minggu (8/1) kemarin sistem ias down.. alhasil, semua berita dari pewarta yang mau disubscribe ke redaktur harus menggunakan metode manual, ya itu .. pake disket, terus dikasih ke redakturnya ... ah .. lucu!

Entah ya ... bentar lagi mau down 100 persen kali neh. Persis kejadian beberapa bulan lalu. Berawal dari keengganan pihak management untuk membeli server yang berkapasitas besar, padahal yang ada sekarang adalah server yang tambal-sulam, sumplang-sumbel. [Walah, bahasa apa lagi itu?? :P ]

Yang gw tau sih sekarang kantor lagi rame, byk pewarta yang lagi bikin berita di kantor. Suasana kerja yang rada crouded gini sebenernya gak terlalu gw suka ... jadi kagak "bebas berekspresi", karena banyak mata dan telingan yang berkeliaran ...

Tadi

Sunday, January 8

KL Lessons


Pertama soal Masjid Putra Jaya ....
Masjid ini cantik banget, tempat wudhu berada di bawah tanah, jauh lebih bersih dibandingkan dengan yang ada di Masjid Istiqlal, Jakarta. Kagak pesing gitu deh ....

Ketika memasuki bangunan masjid, kaum hawa yang tidak mengenakan jilbab diwajibkan menggunakan semacam jubah hujan [cuma bedanya yang ini bahannya kain, bukan plastik] berwarna pink alias merah jambu ^_^

Kalau ke bagian bawah luar masjid, kita bisa menemui "food-court" yang menyajikan berbagai makanan. Pas menuruni tangga atau pake elefator, bau harum makanan sudah 'menyapa', jadi laper euy .....

Masjid Putra Jaya merupakan bangunan yang bawahnya berupa danau buatan. Pemandangan yang indah itu dilengkapi dengan jembatan mirip apa yang ada di Amerika Serikat ... Ketika gw melihat di danau buatan itu, Subhanallah ... ikannya guede-guede buanget!!! Mungkin besarnya seperti paha orang dewasa ... dan danau buatan itu dangkal, airnya jernih.

Thursday, January 5

the Seven

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sholatnya.
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. Al-Mu'minun (1-11)
Ketika gw baca bagian ini, selepas sholat Dzuhur tadi, nyaris semua kembali muncul di pelupuk mata. Al-Quran menggambarkan sosok mereka yang BERHAK atas surga, sementara semua ciri itu masih terlalu jauh dari gw. Kadang dengki ini begitu meraja, buruk rupa cermin dibelah ....
Secara tidak sengaja, ketika makan siang bersama Adit (lt.18) di Sabang, gw denger orang di samping gw cerita tentang pelatihan ESQ by Ary Ginanjar. This girl cerita bahwa dalam pelatihan itu Ary berhasil membuat para peserta menangis dan "meresapi" apa-apa yang menggugah hati.
Sebenernya, masih kata cewek tadi, apa yang kita rasakan sehari-hari banyak yang berenergi negarif. Itu sebabnya kita perlu membuan

Wednesday, January 4

dini hari ....

Gw pas kebagian siaga malem neh ... bikin berita tiga, satu dari diah yang di KPK, satu soal KBRI, dan satu lagi dari pres rilis.

Ngantuk, J! .... Asik sih, besok gw dapet jatah libur, bisa gw buat tidur and nulis berita Lipsus. Ternyata jam2 segini gak ada yang chatting yah? hiks ... pengen ngobrol ama orang2 yang gw kenal, tapi ternyata mereka lagi terlelap ... gw nya aja yang nasib jadi orang melek ...

Tadi gw dinner rame2 ke sarinah, sampingnya sarinah actually :P kami makan soto ceker, enak choy! sekalian beli soto buat mama ... sekarang gw udah mo balik neh ... ngantuk :<

Tuesday, January 3

Bantuan Tunai Langsung (BLT)

PEMBAGIAN BLT TAHAP II DI KOTA BOGOR KURANG SOSIALISASI

Bogor, 2/1 (ANTARA) - Pembagian dana bantuan langsung tunai (BLT) tahap II untuk Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar) pada hari pertama di Kantor PT Pos Indonesia di Jl H Djuanda, Senin, kurang terselenggara dengan baik dan penyebabnya dikarenakan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai dimana dan kapan dana bantuan itu dapat diambil oleh masyrakat.


Hal itu diungkapkan Ketua Komisi C DPRD Kota Bogor, Ir Moh Rizal Barnadi, MM, usai meninjau langsung pelaksanaan pembagian BLT tahap II.

"Dari data yang kita himpun dan setelah melihat langsung pelaksanaan pembagian BLT tahap II pada hari pertama tadi, ternyata yang datang sekitar 60 persen justru warga dari Kabupaten Bogor, ini karena tidak adanya sosialisasi mengenai dimana pembagian dana tersebut dibagikan," katanya.

Ia menilai, kurangnya informasi mengenai pembagian BLT tersebut murni kesalahan dari pemerintah pusat karna tidak adanya sosialisasi yang baik, dan itu terbukti dimana seharusnya masyarakat yang berhak menerima BLT adalah warga Kota Bogor, namun yang datang justru lebih 50 persen dari Kabupaten Bogor, yang jadwal penerimaannya bukan pada hari Senin ini.

Warga yang berhak menerima BLT tahap II di Kota Bogor, baru bisa mendapatkan kartu kompensasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam bentuk BLT itu pada pukul 09:00 WIB, meski sudah banyak dari mereka yang datang pukul 06.00 WIB.

Namun, tidak sedikit dari masyarakat yang merasa kecewa dikarenakan tidak dapat mengambil dana tersebut karna kurangnya informasi.

Bukti ketidaksiapan pembagian BLT tahap II itu, menurut Moh Rizal Barnadi, terlihat pada Kantor Pos Djuanda --yang mestinya khusus untuk warga dari Kelurahan Paledang saja--namun dalam kenyataannya yang datang banyak dari kecamatan-kecamatan.

"Malahan, ada yang dari Kabupaten Bogor, jadi ini membuktikan kurangnya sosialisasi mengenai kapan dibagikan dana tersebut dan kesalahan tersebut akibat kurangnya sosialisasi pemerintah pusat," katanya.

Ia juga menyampaikan masalah lain yang ditemui, yakni soal pengadaan dana yang juga dikeluhkan oleh Kantor PT Pos Indonesia Djuanda, karena sejak pagi dana tersebut sudah habis Rp2 miliar dari yang disediakan pemerintah, tetapi masyarakat terus berdatangan.

"Akhirnya, PT Pos Indonesia untuk BLT tahap II sekarang ini menalangi uang dana kompensasi sebanyak Rp360 juta. Ini baru di kantor pos pusat (Bogor), bagaimana dengan kantor pos di kecamatan-kecamatan? Kondisi itulah yang harus diantisipasi oleh pemerintah karna BLT ini adalah program dari pusat sedangkan di sini hanya pelaksana," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Bogor, H Iwan Suryawan, yang juga ikut memantau pembagian BLT tahap II pada hari pertama menilai bahwa kesalahan mengenai informasi tersebut bukan semata-mata kesalahan PT Pos Indonesia karena yang lebih berwenang adalah pemerintah daerah, yang mesti menyosialisasikannya ke kecamatan-kecamatan, dan kemudian meneruskannya kepada para lurah.

"Karena, para lurah yang lebih dekat dengan masyrakatnya," katanya. Ikhwal tidak adanya sosialasi mengenai lokasi dimana dana BLT itu akan dibagikan disampaikan oleh Dedi (44), warga Ciomas.

"Dari kecamatan tidak ada pengumuman mengenai dimana dana tersebut akan dicairkan, jadi hanya hari ini dana tersebut akan dibagikan, padahal tahun lalu saya dapat mencairkan dana kompensasi di Kantor Pos Djuanda," katanya.

Ia juga menilai bahwa pemerintah pusat seharusnya lebih dapat bertanggung jawab mengenai pengadaan dana kompensasi dan jadwal pembagian agar masyarakat merasa mudah untuk mencairkan dana tersebut.

Dari pantauan ANTARA, masyarakat yang merasa kecewa --karena tidak langsung menerima dana tersebut--terpaksa pulang dengan tangan kosong, dan bahkan ada yang pulang dengan jalan kaki akibat mereka tidak mempunyai ongkos untuk pulang, karena sebenarnya mengharapkan dana tersebut dapat langsung cair.
(T.A035/B/A036/A036) 02-01-2006 20:03:43


DIY BELUM SELESAI DATA PENERIMA BLT


Yogyakarta, 2/1 (ANTARA) - Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sampai saat ini belum menyelesaikan seluruh pendataan penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) tahun 2006, atau baru mencapai 40 persen dari sekitar 40.000 KK yang mengajukan BLT baru, kata Sekda Provinsi DIY, Bambang SP di Yogyakarta, Senin.

Atas pertanyaan wartawan di Yogyakarta, ia menambahkan, jadi saat ini DIY belum mempunyai data yang konkrit tentang jumlah calon penerima BLT sehingga perlu sekitar sebulan lagi untuk menyelesaikan dan mengklarifikasi data calon penerima BLT tersebut.

Ia mengatakan, dari pendataan jumlah calon penerima BLT sebanyak itu, mereka adalah yang mengadukan ke Posko BLT baik di tingkat Provinsi maupun kabupaten/kota karena merasa belum menerima BLT pada tahap pertama.

Dalam pendataan dengan mengklarifikasi calon penerima BLT, pihak Pemerintah Provinsi DIY dan Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan koordinasi dengan Pemkab/kota untuk melakukan pengawalan para petugas pencacah yang mendatangi langsung ke rumah-rumah. "Pengawalan tersebut dimaksudkan memberikan rasa aman kepada petugas pencacah, sebab untuk menghindari acaman dan teror yang kemungkinan ada," ujar Bambang SP.

Menurut dia, mekanisme pencocokan data calon penerima BLT yaitu setelah semua terdata kemudian berkas tersebut dikirim ke Pusat oleh BPS Kabupaten/Kota.

Selanjutnya dari pusat dikirim kembali ke Yogya untuk diklarifikasikan dan setelah diklarifikasi kemudian dikirim kembali ke Jakarta untuk ditetapkan jumlah calon penerima BLT tersebut, katanya. (U.H008/C/T006/C/N002/6:25 PM 1/2/06)

BLT TAHAP II MULAI DISALURKAN


Semarang, 2/1 (ANTARA) - Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Paskah Suzeta mengatakan, dana kompensasi BBM, Bantuan Langsung Tunai (BLT) tahap II hari ini (2/1) mulai disalurkan di delapan kota besar di Indonesia.

"Bantuan langsung tunai merupakan rangkaian dari empat dana kompensasi BBM, pertama adalah untuk kompensasi pendidikan, kedua kompenssi untuk kesehatan, ketiga untuk kompensasi infrastruktur pedesaaan, dan yang keempat bantuan langsung tunai. Sehingga BLT ini tidak nyelonong sendiri," katanya pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan APBN dan Dokumen pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah di Semarang, Senin.

Ia mengatakan, BLT tahap I telah tersalurkan Rp4,6 triliun untuk 5,5 juta kepala keluarga, akan tetapi dengan tiba-tiba melalui pos-pos pengaduan ada yang mendeklarasiakan di luar konsensus DPR sebesar 10 juta jiwa yang menyatakan orang miskin.

Menurut dia, dari 10 juta orang yang mengaku miskin tersebut paling banyak di Jakarta, kemudian Jawa Barat, Jawa Timur, dan keempat Jawa Tengah.

Paskah mengatakan saat ini pemerintah telah menyiapkan dana Rp17 triliun yang secara bertahap mulai hari ini akan diberikan kepada masyarakat miskin.

"Dari sekitar 10 juta jiwa yang mendeklarasikan miskin, nanti kita tata menjadi kepala keluarga sehingga jumlahnya kurang dari 10 juta, ini akan dibayarkan juga secara bersamaan akan tetapi perlu bersabar dulu karena tidak mungkin dalam satu hari, tanggal 2 Januari ini dibagikan untuk kurang lebih 5,5 juta kepala keluarga plus yang menyatakan miskian 10 juta jiwa," katanya.

Untuk ketertiban dalam menyalurkan BLT, katanya akan dilakukan perbaikan-perbaikan, pertama di kantor pos akan diperbanyak loket-loket pembayaran BLT, ada loket khusus lanjut usia (lansia) dan orang cacat juga dipisahkan.

Selain itu, katanya, jam pembayaran juga akan dibatasi, tidak dari jam 07.00 sampai jam 24.00 apalagi sampai besoknya lagi. Tidak diharapkan demikian, untuk ketertiban di kator pos sesuai kebijakan Departemen Dalam Negeri dan Polri pembayaran akan dilakukan jam tertentu, tidak sepanjang hari, "Jadi masyarakat tidak usah khawatir, pasti kebagian. Akan dibayarkan bertahap mulai hari ini hingga bulan Maret 2006."

"Jangan dilihat dari BLTnya tapi harus dilihat empat rangkaian dana kompensasi BBM tadi, karena banyak yang mengatakan kok dibagi-bagi. Tidak begitu, ini merupakan bagian dari empat tadi," katanya menegaskan. (U.PK-HS/B/T005/B/D007) 02-01-2006 18:10:03

3.300 KK DI SURABAYA TAK TERIMA BLT LAGI


Surabaya, 2/1 (ANTARA) - Sebanyak 3.300 Kepala Keluarga (KK) di Surabaya tak menerima lagi bantuan langsung tunai (BLT) dari kompensasi BBM tahap kedua, karena penerima BLT di Surabaya berkurang dari 106.166 KK menjadi 102.815 KK.

"Hasil pendataan ulang menyimpulkan bahwa 3.300 KK itu ternyata mampu secara ekonomi, karena itu mereka sekarang tak menerima lagi," kata Kepala Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya, Ludfin Rana, di Surabaya, Senin.

Di sela-sela memantau penyaluran dana BLT di beberapa kantor pos di Surabaya, ia menjelaskan pihaknya melakukan pendataan ulang itu untuk menghindari penyaluran dana yang salah sasaran.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Kepala Kantor Pos Besar Jalan Kebonrojo, Surabaya, Arif Mahfud, mengatakan Kota Surabaya untuk penyaluran tahap kedua memperoleh dana Rp31,8 miliar.

"Untuk penyaluran BLT, kami melakukan penjadwalan pembagian uang agar tidak terjadi kekacauan seperti penyaluran tahap pertama. Kalau dibagikan pada hari yang bersamaan, kami khawatir timbul kekacauan lagi," katanya.

Misalnya, di Kantor Pos Besar untuk hari pertama (2/1), penyaluran dana BLT hanya dikhususkan 830 KK warga Kelurahan Kemayoran, Kecamatan Krembangan.

"Untuk kelurahan-kelurahan lain, kami memberikan jadwal secara bergiliran hingga terakhir pada 9 Januari mendatang," katanya.

Di Kantor Pos Besar, pembagian BLT juga diwarnai penolakan petugas kantor pos kepada warga penerima karena berbagai alasan, misalnya ada warga yang tidak membawa kartu tanda penduduk (KTP), alamat di KTP dan di kartu tidak sesuai, atau diwakilkan kepada orang lain. "Kalau tidak memenuhi syarat ya kami tolak," kata seorang petugas.

Antrean ratusan warga penerima BLT di Kantor Pos Besar terjadu sejak pukul 08.00 WIB, meski penyaluran BLT baru dilaksanakan pada pukul 13.30 WIB.(T.E011/B/I007/I007) 02-01-2006 18:00:41

BANTUAN SLT TIDAK DIALIHKAN KE PADAT KARYA


Kendari, 2/1 (ANTARA) - Menko Kesra, Aburizal Bakri mengatakan, sampai sejauh ini belum ada pemikiran untuk mengalihkan program bantuan subsidi langsung tunai (SLT) kepada masyarakat miskin menjadi bentuk program padat karya.

"Program SLT ini masih tetap dilaksanakan, sedangkan program padat karya juga saat ini sedang berjalan, khususnya untuk pembangunan infrastruktur pedesaan," kata Menko Kesra kepada wartawan di Kendari, Senin, menanggapi wacana untuk pengalihan program SLT ke padat karya.

Hanya saja, kata Menko Kesra, pelaksanaan program padat karya untuk pembangunan infrastruktur pedesaan saat ini belum berjalan baik, padahal alokasi dananya cukup besar. Banyak daerah yang sudah didroping dananya, tetapi belum dilaksanakan secara baik.

Menurut dia, program SLT dan padat karya tersebut ibaratnya "selain kita memberi ikannya, juga diberikan pancingnya", sebab pelaksanaan program itu sangat penting terutama untuk mengatasi keadaan ekonomi masyarakat karena pengaruh kenaaikan harga BBM saat ini.

Menko Kesra juga mengatakan, pihaknya terus mengevaluasi untuk melakukan perbaikan terhadap penyaluran bantuan SLT itu. Saat ini juga sedang didesain agar setelah penyaluran SLT berakhir sampai 1 September 2006, nanti dikembangkan, apakah dikaitkan dengan bidang pendidikan, kesehatan atau kegiatan lain berkaitan dengan kebutuhan masyarakat miskin.

Menyinggung penyaluran dana SLT tahap kedua, menteri mengatakan, akan dilakukan secara bertahap mulai 2 Januari 2006. Untuk tahap pertama akan dilakukan di delapan daerah di Indonesia yang sudah selesai melakukan verifikasi ulang terhadap warga miskin.

"Penyaluran BLT ini dilakukan secara bertahap, baik kepada penerima dana SLT tahap pertama maupun warga yang baru diverikasi ulang saat ini. Verikasi yang baru saat ini, ada sebagian yang sudah selesai dan ada yang belum selesai. Yang sudah selesai, akan segera dibagikan sesuai dengan jadwal di seluruh daerah," ujarnya.

Warga yang sudah mendapatkan kartu penerima SLT saat ini bisa mengambil uangnya di kantor pos terdekat yang ada di daerah masing-masing. Penyaluran dana bantuan SLT itu berakhir sampai 1 September 2006. (U. L004/B/KDR1) 02/01/06 18:34 Wita

GUBERNUR SESALKAN PENYALURAN BTL RTM DIPAKSAKAN


Makassar, 2/1 (ANTARA) - Penyaluran dana Bantuan Langsung Tunai - Rumah Tangga Miskin (BLT-RTM) melalui Kantor Pos Indonesia Cabang Makassar yang dimulai Senin, terkesan dipaksakan karena dilakukan sebelum revitalisasi data keluarga miskin yang bermasalah tahun lalu rampung dikerjakan.

"Pendistribusian BLT-RTM sebesar Rp300 ribu/kepala keluarga hari ini terkesan dipaksakan, sebab banyak warga yang dinilai bermasalah pada pembayaran tiga bulan lalu, kecewa karena untuk sementara bantuannya ditangguhkan," kata Gubernur Sulsel HM. Amin Syam di sela-sela peninjauan kegiatan pembayaran BLT-RTM di Kantor Pos Makassar, Senin.

Penangguhan bantuan kepada ratusan warga yang sudah antri sejak pagi itu terjadi karena mereka diduga bukan dari keluarga miskin, sehingga harus menunggu hasil survei petugas BPS setempat.

Apabila hasil pendataan ulang dari petugas BPS belum turun, jangan dulu dibayarkan BLT-nya sebab akan menimbulkan kekacauan baru dalam penyaluran bantuan dabna kompensasi BBM tersebut, tambahnya.

Jumlah penerima BLT di wilayah Makassar Raya tercatat sekitar 75.000 orang dengan jumlah dana yang disiapkan sebesar RP18,4 miliar lebih.

"Saya kaget juga sebab tidak ada penyampaian ke Pemprov Sulsel bahwa pembayaran BLT-RTM tahap kedua akan dimulai hari ini. Pemberitahuan yang Pemprof dapatkan adalah penangguhan sampai 15 Januari 2006 untuk menunggu proses pendataan ulang rampung dikerjakan," ujar Amin Syam seraya menilai bahwa kegiatan penyaluran sudah berjalan bagus tetapi terkesan mendadak.

Suryana, isteri Dg. Liong yang tinggal di Jalan Monginsidi Baru Lr.6, salah satu dari sekian banyak warga yang ditolak pembayaran BLT-nya karena memiliki sepeda motor sehingga dianggap keluarga mampu, menangis di depan petugas yang menolak menyerahkan dana RP300 ribu untuk jatah bulan Januari - Maret 2006 itu.

"Saya ini orang miskin bu. Suami saya sudah satu bulan sakit ambeyen dan tidak ada apa-apa lagi di rumah, semua sudah dijual untuk biaya pengobatan suami saya," keluhnya sambil menangis terisak-isak disaksikan Gubernur Amin Syam.

Gubernur juga menyaksikan seorang ibu yang tidak diizinkan ke loket pembayaran untuk menerima dana bantuan tersebut karena dinyatakan 'diskualifikasi' dalam daftar penerima yang diterbitkan dari pusat, sambil menunggu verifikasi dari BPS daerah mengenai apakah yang bersangkutan benar keluarga miskin atau bukan.

"Ini kan sudah mengacaukan pelaksanaan penyaluran BLT-BBM sebab warga berharap akan menerima ternyata ditolak dengan alasan seperti itu," kata gubernur dan berharap kejadian ini tidak lagi terulang pada tahapan ketiga BLT pada April-Juni 2006.(U.A022/B/MKS1/4:47 PM 1/2/2006)

PENERIMA BLT DI PALEMBANG BANYAK YANG BELUM BISA CAIRKAN BANTUAN


Palembang, 2/1 (ANTARA) - Ribuan keluarga kurang mampu penerima bantuan uang tunai (bLT) kompensasi kenaikan bahan bakar minyak (BBM) di Palembang, banyak yang belum bisa mencairkan dana pembagian bantuan tahap II sebesar Rp300.000 per KK untuk bulan Januari-Maret 2006.

Pantanau di kantor pos Jalan Merdeka Palembang, Senin, tampak ribuan penerima bantuan tersebut terpaksa pulang ke rumah dengan tangan kosong karena mengambil uang bantuan tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Menurut petugas kantor pos, Safri, pihaknya terpaksa tidak bisa melayani beberapa kepala keluarga yang akan mencairkan dana pada hari pertama pembagian bantuan tersebut karena mereka datang tidak sesuai dengan jadwal dan tempat yang telah ditentuan.

Sistem pembayaran bantuan tersebut pada tahp II tahun 2006 ini dilakukan di kantor pos terdekat dengan tempat tinggal masyarakat miskin yang berhak menerima bantuan tersebut.

Sebelumnya pada tahap pertama pihaknya memang membayarkan bantuan uang tunai kepada masyarakat miskin di kota pempek ini secara terpusat di kantor pos Merdeka, namun untuk menghindari antrian panjang pembayarannya dilakukan berdasarkan kantor pos terdekat dengan lokasi penerima bantuan.

Masyarakat yang telah memiliki kartu dan merasa memang berhak menerima bantuan itu, jangan takut tidak bisa mencairkan dananya, silahkan datang ke kantor pos yang ditetapkan sesuai denga jadwal yang telah ditentukan, ujarnya.

Sementara salah seorang warga penerima bantuan, Effendi, mengatakan, sebagai masyarakat kecil mereka tidak mengerti dengan ketentuan baru karena sebelumnya tidak menerima penjelasan kalau bantuan bisa diambil di kantor pos terdekat dan secara bergilir berdasarkan jadwal.

Jika mereka sebelumnya telah mengetahui ketentuan pembagian dana bantuan tersbeut tidak mungkin ramai-ramai ke kantor pos Merdeka tempat mereka mencairkan bantuan tahap I, tambahnya.(U.P[K-YA/C/PLB1/02012005 16:08)

SALAH MENDUGA JADWAL, RATUSAN WARGA BANDUNG TIMUR GAGAL CAIRKAN BLT


Bandung, 2/1 (ANTARA) - Gara-gara salah menduga jadwal pencairan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) Kompensasi BBM, ratusan warga Bandung Timur dari daerah Cilengkrang Ujungberung dan Cibiru Kota Bandung mengaku kecewa berat karena gagal mencairkan dana tersebut di Kantor Pos Ujungberung Bandung, Senin.

"Saya datang sejak pagi sekitar pukul 06.00 WIB. Setelah ada petugasnya ternyata uangnya belum turun, padahal saya datang dari jauh dengan ojek," kata Mardi (60), salah seorang warga Cilengkrang II Ujungberung Kota Bandung dengan nada kecewa.

Ia tidak sendirian. Sekitar seratus orang lainnya dari kawasan yang sama juga sudah datang berduyun-duyun ke Kantor Pos Ujungberung Bandung. Setelah diklarifikasi kepada petugas Kantor Pos Ujungberung ternyata jadwal pencairan BLT belum ada.

Mereka mengaku mendapat informasi dari media massa televisi dan surat kabar yang intinya menyatakan bahwa Kota Bandung termasuk salah satu daerah yang akan melakukan pencairan dana BLT pada Senin (2/1) ini, namun ternyata wilayah Kantor Pos Ujunberung baru dijadwalkan melakukan pencairan pada 7 Januari 2006.

"Memang ada penjadwalan untuk beberapa Kantor Pos di Kota Bandung, sedangkan Kantor Pos Ujungberung belum ada. Warga salah informasi, sehingga mereka sudah datang meskipun belum ada pemberitahuan dari petugas terdekat," kata Soni, salah seorang petugas bagian pelayanan Kantor Pos Cabang Ujungberung Bandung.

Warga miskin itu akhirnya kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan kecewa. Sebagian mengumpat karena mereka sudah berjalan kaki cukup jauh dari rumahnya di Cilengkrang dan sekitarnya, namun uang Rp300.000 yang mereka idam-idamkan ternyata belum cair.

Sementara itu Kantor Pos Besar Bandung di Jl Asia Afrika Kota Bandung melakukan pencairan BLT Kompensasi BBM hari Senin (2/1), sedangkan pencairan di Kantor Pos Cabang lainnya di Kota Bandung akan dilaksanakan bervariasi, yakni ada yang dilakukan Selasa (3/1), dan ada juga yang dijadwalkan mulai 11 Januari 2006.

Pencairan BLT di Kantor Pos Besar Bandung sendiri diperuntukkan bagi enam kalurahan di Kota Bandung, yakni kelurahan Ciateul, Cikawao, Balonggede, Paledang, Kopo dan Kelurahan Jamika.

Penerima BLT melakukan antrian panjang, namun ternyata setelah tiba di depan loket, ada juga beberapa warga yang namanya tidak tercantum karena tidak masuk jadwal pencairan dana pada hari itu.

"Saya datang dari wilayah Nyengseret, dan masuk Kelurahan Kopo seperti yang terjadwal hari ini di sini (Kantor Pos Besar Bandung), namun ternyata pembagiannya di Kantor Pos Astanaanyar besok. Sebelumnya saya mencairkan dana di Kantor Pos dekat RS Immanuel, sekarang dipindah," kata Rosandi (55), seorang penerima BLT yang mengaku kecewa karena gagal mencairkan dana tersebut.

Namun dibandingkan dengan penyaluran BLT tahap pertama pada Oktober 2005 lalu, penyaluran tahap ke II (Januari - Februari - Maret 2006) relatif lebih aman karena terjadwal per kelurahan.

"Antrian memang ada, tapi lebih tertib dan lancar per kelurahan. Lain halnya dengan dulu, saya harus punya tenaga untuk antri," tambah Rosandi yang akhirnya hanya menonton orang lain yang mencairkan BLT. (U.K-SYA)

KANTOR POS TALANGI DANA BLT UNTUK MAKASSAR


Makassar, 2/1 (ANTARA) - PT Kantor POS Wilayah X Sulawesi terpaksa menalangi dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk masyarakat miskin di Kota Makassar karena dana dari pemerintah belum bisa dicairkan dari bank.

Pasalnya, kata Kepala Kanwil PT Kantor Pos X Sulawesi, Mursalim di Makassar, Senin, pembayaran dana bantuan pemerintah ini seyogyanya baru akan dilaksanakan pada 15 Januari 2005, tetapi mendadak ada kebijakan pemerintah untuk membayarnya mulai hari ini.

Sejumlah bank belum bisa mencairkan dana BLT karena operasional mereka masih tertutup hingga 1 Januari 2006.

"Beruntung kami masih memiliki dana segar yang tersisa di kas dan sebagian dikumpulkan dari beberapa Kantor Pos di Sulsel Kantor Pos Palopo," ujar Mursalim seraya menambahkan, pihaknya berhasil mengumpulkan dana segar saat ini sebanyak Rp 4 miliar.

"Awalnya kami hanya sanggup menalangi Rp 1 miliar, tetapi secara bertahap, sumbangan dari beberapa kantor pos berdatangan, sehingga yang berhasil terkumpul hari ini Rp 4 miliar," jelas Mursalim.

Sekitar 63.000 kk keluarga miskin di Kota Makassar akan mendapatkan dana tersebut dengan nilai total Rp18,9 miliar atau Rp300.000/kk untuk jatah bulan Januari-Maret 2005, namun untuk pembayaran hari ini, pihak Kantor Pos hanya menyiapkan Rp4 miliar.

Untuk melayani masyarakat yang akan mengambil dana BLT BBM ini, pihaknya telah membuka pelayanan di 14 titik dari yang sebelumnya hanya enam titik. Ini untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dimana pada pelayanan tahap I bulan Oktober 2005, banyak masyarakat harus antri berjam-jam sehingga ada yang pingsan.

"Kami tidak mau peristiwa di Jawa, dimana beberapa masyarakat meninggal saat antri di kantor pos, terjadi di wilayah ini," tutur Mursalim.

Pembayaran dana BLT ini berjalan lancar dan Gubernur Sulsel HM. Amin Syam turun langsung memantau kegiatan pembayaran tersebut.(U.PK-RS/C/MKS1/11:33 AM 1/2/2006)

PERLU SEGERA KELUARKAN PP SJSN AGAR BLT LEBIH BERMANFAAT


Jakarta, 2/1 (ANTARA) - Pemerintah perlu segera menerbitkan PP tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) agar pemberitan bantuan lansung tunai (BLT) kepada masyarakat bisa lebih bermanfaat Salah seorang perancang UU SJSN Tahun 2004 Sulastomo di Jakarta, Senin, mengatakan pemberian BLT akan lebih bermanfaat jika melalui SJSN karena masyarakat miskin tidak hanya sekadar dapat makan, tetapi juga mendapat jaminan kesehatan dan jaminan sosial lainnya.

Dijelaskannya, jaminan sosial memang berbeda dengan bantuan sosial, tetapi bantuan sosial sebagaimana BLT bisa dikelola dalam kerangka jaminan sosial.

"Jika, dana BLT, beras keluarga miskin, dan bantuan lainnya dikelola secara sistematis maka bantuan kepada masyarakat miskin akan lebih bermanfaat," kata Sulastomo.

Dia menambahkan saat ini pemerintah tidak tau jika dana BLT digunakan untuk apa oleh masyarakat penerimanya. "Kalau untuk beli rokok, pemerintah kan tidak tau dan juga tidak bisa melarangnya," kata mantan direksi di PT Askes itu.

Menurut dia, jika dana BLT dan bantuan lainnya untuk masyarakat miskin dijadikan iuran maka masyarakat miskin tidak hanya mendapat jatah hidup tetapi juga jaminan sosial lainnya, bahkan mendapat jaminan pensiun jika diprogramkan.

Dengan mekanisme SJSN juga akan ada pemberdayaan dimana masyarakat miskin tidak hanya akan menjadi penerima, tetapi diberdayakan untuk mandiri.

UU SJSN juga mengatur kewajiban pemerintah pusat, pemerintah daerah dan warga negara sehingga terjadi sistem gotong royong (subsidi silang) yang memberi manfaat kepada semuanya.

Dijelaskannya, BLT yang ada sekarang ini lebih mirip bantuan sosial sebagaimana yang diberikan oleh negara maju seperti Amerika Serikat kepada warganya.

"Hanya saja program BLT ini terkesan temporer tidak sistematis sehingga untuk jangka panjang manfaatnya tidak ada," kata Sulastomo.

Pemerintah seharus sudah melaksanakan SJSN karena sudah diundangkan pada 2004. "Kita sudah telat sebenarnya. Kami sedang menunggu peraturan pemerintah (PP) yang juga menjadi dasar pembentukan Dewan Jaminan Sosial," kata Sulastomo.

Pemerintah mulai 2 Januari 2006 akan menyerahkan BLT tahap II kepada 18 juta rumah tangga (RT) miskin atau sekitar 72 juta jiwa, naik 2,5 juta RT miskin dari 15,5 juta RT yang menerima BLT pada 2005.

Menurut Badan Pusat Statistik penambahan jumlah itu merupakan hasil verifikasi terhadap usulan tambahan 10,5 juta RT yang mengaku miskin. Masing-masing keluarga akan mendapat Rp300.000 untuk tiga bulan. Pada tahun 2005 pemerintah menyediakan dana sekitar Rp4,6 triliun untuk BLT tahap I.(T.E007/10:18 AM 1/2/2006/B/R013)